SegeraHubungi Kyai Sugiharjo Di Nomor Telpone , 085217182579 Pasti Anda Akan Dibantu Dengan Bantuan Uang hibah Dengan Cara Puasa & Dzikir Selama 1 Jam.Dijamin 100% 1 Jam Cair.Uang Bisa Langsung Di Pakai Hari Ini Juga.Bila Anda Yang Berada Di Luar Kota Tidak Bisa Datang,Jangan Putus Asa Anda Cukup Hubungi Langsung Kyai Sugiharta & Uang Bisa
This research is to examine the role of kiai in East Java province during the Indonesian presidential election in 2019. To find out what strategies were used by kiai and TKD Tim Kampanye Daerah Joko Widodo-KH. Ma'ruf Amin in East Java region also as several political figures who worked with JKSN Jaringan Kiai Santri Nasional to win Jokowi-Kiai Ma'ruf. The type of research used in this research is descriptive qualitative using the case study method. The data collection techniques used are interviews and documentation. The purpose of this research is to describe the role of kiai with TKD and JKSN during the presidential election. The results of this research is that the role of kiai includes being opinion leaders, political mediators and vote getter. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 191 Menakar Peran Kiai Dalam Pemilihan Presiden 2019 Studi Di Provinsi Jawa Timur Dafis Ubaidillah Assiddiq Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Islam Raden Rahmat Malang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang peran kiai di provinsi Jawa Timur Saat pemilihan presiden 2019. Strategi apa yang digunakan kiai dan tim Kampanye Daerah Joko Widodo dan KH. Maruf Amin wilayah jawa timur dan beberapa tokoh-tokoh politikus dan pejabat daerah yang juga berjalan bersama JKSN Jaringan Kyai Santri Nasional untuk memenangkan Jokowi-Kiai Maruf. Dimana para narasumber menyatakan bahwa peran kiai-kiai pada pemilihan presiden 2019 ini begitu signifikan dan efektif, terlebih lagi dengan adanya penyerangan isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan bagi incumbent Joko Widodo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan Dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan peran kiai di jawa timur bersama TKD Jawa Timur dan JKSN saat pilpres, maka dari itu telah diperoleh hasil dari penelitian ini bahwa peran kiai tersebut diantaranya menjadi Opinion Leader, Mediator Politik dan Vote Getter. Kata Kunci Peran, Kiai, Strategi Komunikasi Politik, Tim Kampanye, Pemilihan Presiden, Opinion Leader, Mediator Politik, Vote Getter. Abstract This research is to examine the role of kiai in East Java province during the Indonesian presidential election in 2019. To find out what strategies were used by kiai and TKD Tim Kampanye Daerah Joko Widodo-KH. Ma'ruf Amin in East Java region also as several political figures who worked with JKSN Jaringan Kiai Santri Nasional to win Jokowi-Kiai Ma'ruf. The type of research used in this research is descriptive qualitative using the case study method. The data collection techniques used are interviews and documentation. The purpose of this research is to describe the role of kiai with TKD and JKSN during the presidential election. The results of this research is that the role of kiai includes being opinion leaders, political mediators and vote getter. Keywords Role, Kiai, Political Communication Strategy, Campaign Team, Presidential Election, Opinion Leader, Political Mediator, Vote Getter. Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 192 PENDAHULUAN Pasca berdirinya era reformasi, Indonesia telah menyelenggarakn pemilihan Presiden untuk yang keempat kalinya ditahun 2019. Pilpres kali ini diikuti oleh 13 partai politik dan dua pasangan calon capres dan cawapres, dengan Pemetaan dimana Nomor Urut 01 Joko Widodo-KH. Maruf Amin yang didukung oleh 9 partai, di antaranya PDI-P, PKB, PPP, Partai Nasdem, Partai Golkar, Partai Hanura, PKPI, PERINDO dan PSI. Dan paslon Nomor Urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno, didukung oleh 4 partai yaitu Gerindra, PAN, PKS, Partai Demokrat . Gambar 1. Peta Koalisi parpol pengusung capres-cawapres di pilpres 2019 Sumber pada akhirnya tanggal 22 Mei 2019 KPU Secara Resmi mengumumkan hasil rekapitulasi secara kesuluruhan, dengan masing-masing perolehan sebesar 55,50 persen untuk Joko Widodo-KH. Maruf Amin dan 44,50 persen untuk Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Dimana Paslon urut 01 memperoleh suara terbanyak, yang pertama dari Provinsi Jawa Tengah sebesar dan yang kedua dari Provinsi Jawa Timur sebesar Untuk memperoleh hasil yang maksimal merupakan upaya dari serangkaian tim yang memiliki tujuan yang sama yaitu memenangkan Joko Widodo dan KH. Maruf Amin. Sesuatu yang menarik untuk dibahas adalah mengenai strategi komunikasi politik yang dilakukan untuk menarik perhatian suara dari konstituen yaitu masyarakat. Dimana Strategi merupakan bagian dari penetapan sasaran dan tujuan yang bersifat jangka panjang dengan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki untuk dikerahkan demi tercapainya tujuan. Hal ini tepatnya pada Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin yang menggandeng Kiai-Kiai Jawa Timur untuk turut bersama memenangkan Jokowi dan Kiai Maruf dipertarungan pilpres 2019. Hal yang menarik muncul sebelum hari dimana pemungutan suara pada 17 April 2019, di mana calon presiden yang juga petahana, Joko Widodo mendapat penyerangan isu mengenai Suku, Agama, Ras dan Antar golongan SARA, diantaraya seperti anggapan bahwa Joko Widodo sebagai anggota Partai Komunis Indonesia PKI, Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 193 antek-asing Pro-Cina, pemimpin yang anti-islam, dan telah melakukan kriminalisasi terhadap ulama, kemudian banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia, yang secara masif dan intens dilakukan oleh pihak yang berkepentingan langsung atau tidak langsung dalam pemenangan calon tertentu saat pemilihan presiden 2019. Kerap menjadi sebuah strategi tersendiri dengan menjual isu SARA kepada lawan dengan tujuan untuk menjatuhkan elektabilitas. Dan tidak hanya di pilpres 2019, pada saat pilpres 2014 lalu Joko Widodo diserang dengan tersebarnya tabloid ―OborRakyat yang memuat pemberitaan bahwa Joko Widodo adalah anggota PKI. Peristiwa itu terjadi satu hari sebelum hari pemungutan suara di Kabupaten Jember, dimana warga setempat menerima tabloid tersebut. Mengenai Tenaga Kerja Asing yang sempat menjadi perbicangan dan isu hangat dan kerap dijadikan senjata untuk menyerang dari pihak lawan. Dari hasil survei tersebut menunjukkan angka ―percaya yang lebih besar terhadap masuknya tenaga kerja asing yang berlebihan ke Indonesia dibanding angka dari ―tidak selisih persen, tapi angka persen dari ketidakpercayaan masyarakat merupakan angka yang cukup besar. Gambar 3. Data Respon Masyarakat Jawa Timur. Sumber. Survey Nasional Pemprov. Jatim Reuni 212 merupakan lanjutan kegiatan dari Aksi 212 yang pertama kali dilaksanakan pada 2 Desember 2016 dan Aksi Bela Islam III. Di tahun 2017 Aksi 212 juga kembali digelar. Dan di tahun 2018 kegiatan tersebut kembali dilaksanakan dibungkus dengan ―Reuni 212. Menyangkut hal tersebut lebih dari 50 persen masyarakat mengetahui aksi tersebut dan lebih dari persen masyarakat Jawa Timur menyetujui dengan aksi tersebut. Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 194 Gambar 4. Data Respon Masyarakat Jawa Timur mengenai Reuni Charta Reuni 212 tahun 2018 dianggap sebagai Gerakan Moral Umat Islam oleh persen dari penduduk Jawa Timur, walaupun persen masyarakat ada yang mengatakan bahwa Reuni 212 merupakan Gerakan politik dukungan terhadap salah satu calon presiden. Kemudian pada angka 20 persen lebih merupakan angka yang besar, jika 29 persen orang tersebut percaya bahwa Reuni 212 diselenggarakan untuk mendukung salah satu capres maka gerakan tersebut merupakan gerakan yang direkayasa dimana dikemas dalam balutan Gerakan Moral Umat Islam. Melihat sosok Joko Widodo yang nasionalis dari partai besar PDI Perjuangan dan KH. Maruf Amin seorang Ulama yang juga mantan ketua MUI dan Tokoh Besar Nahdlatul Ulama tidak semata-mata menjadikan suara paslon 01 aman di Jawa Timur terutama di beberapa kabupaten/kota tertentu, dan juga tidak memenangkan mutlak, meskipun Jawa Timur adalah lumbung dan basisnya Nahdlatul Ulama. Sehingga menentukan bentuk strategi komunikasi menjadi kewajiban sebagai penetapan sasaran dan juga tujuan jangka panjangnya, terutama bagi organisasi Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin, kemana saja arah dan seperti apa tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Karena pada hakikatnya sebuah tujuan dari rancangan strategi komunikasi politik akan melibatkan seperangkat proses komunikasi yang harus dilakukan secara efisien juga efektif dan integral, sebagaimana maksud untuk mengajak, mempengaruhi sikap dan pendapat masyarakat Jawa Timur dengan hasilnya yang akan selaras sesuai bentuk pesan yang disampaikan. Dalam menjalankan strategi komunikasi politik para Tim Kampanye Daerah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin memiliki ciri yang khas dan berbeda sebagai penunjuk ideologinya berdasarkan kebutuhan pasar dan dalam konteks ini yang dimaksud adalah masyarakat-masyarakat Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 195 Jawa Timur sebagai konstituen dalam pemilihan. Di provinsi Jawa Timur sendiri memilik 5 pondok pesantren, terbesar di Indonesia di antaranya Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo, Pondok Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Pondok Pesantren Langitan di Tuban, Pondok Pesantern Lirboyo di Kediri dan Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang. Sebuah pondok pesantren dan Kiai adalah dua hal yang saling berkaitan, di sini Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin fokus pada segmen masyarakat tradisional, di mana masyarakat tradisional ini kekuatannya tidak tersentuh oleh New Media tapi kekuatan itu bersumber dari Opinion Leader atau tokoh lokal, dan masyarakat tradisional tersebut memiliki sosok yang kerap mereka anggap sebagai Opinion Leader yaitu sosok Kiai atau Ulama sebagai sosok di tengah-tengah masyarakat yang memiliki kedudukan untuk mempengaruhi elektoral calon kandidat, serta pengaruh terhadap masyarakat turunannya dalam menentukan pilihan. Opinion Leader tidak bisa dianggap remeh bagi mereka yang bersangkutan seperti para tim sukses dan partai-partai politik yang ingin memenangkan calonnya. Karena di tangan Opinio Leader inilah perubahan di masyarakat seringkali menjadi penentu kemenangan, oleh sebab itu peran Kiai sebagai tokoh lokal di masa-masa pemilu tidaklah masyarakat tradisional di Jawa Timur para Kiai atau Ulama memiliki peran dan fungsi yang mendalam sehingga mereka termasuk elit sosial, diantara elit sosial yang lainnya seperti para tokoh adat, dan orang-orang yang berkedudukan di pemerintahan. Para Kiai ini tidak hanya juga sebagai pemimpin agama, Kiai memiliki pengaruh yang cukup dominan yang diakui kepemimpinannya oleh masyarakat. Dalam masyarakat sendiri pun pengaruh Kiai tidak hanya menyangkut dalam hal keagamaan semata, melainkan hampir semua persoalan yang ada selalu dikonsultasikan kepada Kiainya Suprayogo, 2007179. Kiai selalu dicitrakan sebagai representasi simbolik dalam kekuatan pada keagamaan, oleh karena itu Kiai mempunyai pengaruh besar di masyarakat dan sosok kiai memiliki peranan dalam membangun bangsa. Karena hubungan Kiai dan masyarakat dapat terikat dengan emosi keagamaan yang dimana kekuasaan Kiai juga kerapkali berpengaruh dan kuat pada kehidupan masyarakat serta memberikan peran yang vital dalam menggerakkan aksi sosial terutama politik. Nampak begitu kuatnya peran dan pengaruh Kiai di masyarakat, menjadikan tokoh Kiai sebagai sosok yang Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 196 perlu dipertimbagkan bagi kalangan-kalangan yang tengah mencari dukungan suara diwaktu-waktu pemilihan kepala daerah, wakil rayat bahakan pemilihan presiden, karena kiai bisa menjadi relasi yang berpotensial dalam mencari dukungan massa di pedesaan dan masyarakat tradisional. Kekuatan Kiai yang begitu besar, jelas akan mempengaruhi pola komunikasi yang ada dan berjalan di masyarakat terutama masyarakat tradisional dan pedesaan. Sehingga dapat dikatakan diperlukannya opini dari orang-orang yang juga memiliki pengalaman dan pengetahuan. Karisma yang dimiliki seorang Kiai yang juga notabane-nya sebagai pemimpin dan juga pendapatnya yang begitu diperhitungkan di masyarakat akan memberi sumbangsih yang besar dalam aliran komunikasi antara Kiai kepada masyarakat ataupun masyarakat satu dengan yang lainnya. Ini artinya, apabila Kiai telah menyampaikan suatu hal maka dapat dikatakan akan terjadi perubahan sosial di dalam masyarakat tersebut, maka masyarakat akan melakukan hal serupa yang telah disampaikan Opinion Leader tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Pengaruh Sosio-Kultural Kiai Dalam Komunikasi Politik Jawa Timur Membicarakan tentang Kiai, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI setidaknya memiliki enam arti 1 Sebutan bagi alim ulama cerdik pandai dalam agama Islam; 2 Alim Ulama; 3 Sebutan bagi guru ilmu gaib dukun dan sebagainya; 4 kepala distrik di Kalimantan Selatan; 5 sebutan yang mengawali nama benda yang dianggap bertuah senjata, gamelan, dan sebagainya; 6 sebutan samaran untuk harimau jika orang melewati hutan. Dalam konteks perpolitikan, definisi yang mungkin lebih tepat adalah Kiai sebagai sebutan bagi ulama cerdik pandai dalam agama Islam. Meskipun jika berkaca pada penjelasan Endang Turmudi dirasa penjelasan dari KBBI tersebut belum begitu sempurna karena ada celah sosiologis yang belum terisi. Turmudi 2004 mengatakan bahwa pada dasarnya sebutan Kiai adalah predikat yang disematkan oleh masyarakat di suatu daerah atas tingkat keulamaan seseorang, dimana tingkat tersebut adalah yang paling tinggi. Arti kata Ulamasendiri menurut Horikoshi 1976 dan Mansurnoor 1990 adalah istilah yang lebih umum dan merujuk kepada seorang muslim yang berpengetahuan. Kaum ulama adalah kelompok yang secara jelas mempunyai fungsi dan peran sosial sebagai cendekiawan penjaga tradisi yang dianggap sebagai dasar identitas primordial individu dan masyarakat. Dengan kata lain, fungsi ulama yang terpenting adalah peran Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 197 ortodoks dan tradisional mereka sebagai penegak keimanan dengan cara mengajarkan doktrin-doktrin keagamaan dan memelihara amalan-amalan keagamaan ortodoks di kalangan umat Islam. Turmudi, 2004. Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa status Kiai dalam masyarakat adalah status yang istimewa, karena dianggap paling tinggi keilmuan agamanya. Setidaknya paling tinggi dari kebanyakan masyarakat di sebuah daerah tersebut. Meskipun demikian, dalam realitas sosialnya, pendefinisian Kiai yang diasosiasikan dengan tingkat keilmuan agama yang tinggi ternyata bagi beberapa daerah belum cukup. Di daerah Madura misalnya status Kiai tidak hanya dilihat dari seberapa tinggi ilmu keagamaan seseorang, namun juga keturunan siapa orang tersebut. Turmudi, 2004. Pada dasarnya memang sebutan Kiai dari satu daerah dengan daerah lain berbeda-beda. Kategorisasi dan standarisasi dari masyarakat sehingga menunjuk siapa orang yang pantas dianggap Kiai dan bukan Kiai adalah kompleks. Namun demikian, perbedaan kategorisasi dan standarisasi tersebut tetap saja mengandung inti bahwa status Kiai adalah status yang diasosiasikan dengan keilmuan keagamaan dan menjadi panutan dalam hal teologis oleh masyarakat yang ada di tempat tersebut. Turmudi, 2004. Kiai sebagai salah satu struktur sosial dalam masyarakat memiliki setidaknya dua komponen lain selain dirinya sendiri yang menguatkan status sosialnya, dan dalam konteks tertentu, menjadi modalyang cukup krusial dalam kaitannya dengan perpolitikan, yaitu Pesantren dan Santri. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kategorisasi dan standarisasi Kiai pada dasarnya berbeda-beda dari daerah satu dengan daerah lainnya, sehingga mungkin sekali jika seseorang yang dianggap sebagai Kiai di satu daerah, tidak dikategorikan sebagai Kiai di daerah lain, namun hanya sebagai ustadz. Namun dalam dinamikanya, ada beberapa pengecualian bahwa seorang Kiai bisa saja memiliki pengaruh lintas daerah. Selain karena pengetahuan keislamannya yang diakui oleh banyak orang, namun juga karena mereka memiliki pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang membangun beberapa modal sosial bagi elektabilitas sosial seorang Kiai. Meskipun, dengan catatan pula tidak semua Kiai besar selalu memiliki pondok pesantren. Turmudi, 2004. Dengan adanya pondok pesantren itulah Kiai mendapatkan patronasinya pola dan suri tauladan yang dijadikan acuan bukan hanya oleh santrinya melainkan juga oleh orang tua santri tersebut dan juga masyarakat yang ada di luar desa atau Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 198 kotanya sendiri Turmudi, 2004. Shaleh 2007 dalam penelitiannya mengatakan bahwa di dalam pesantren, Kiai memang memiliki otoritas sebagai hierarki kekuasaan satu-satunya yang dengan tegas dan jelas diakui oleh pesantren, dengan dalih Kiai sebagai penyelamat santrinya agar terhindar dari hal-hal yang memungkinkan terjerumus ke arah negatif atau melenceng pada norma-norma agama. Penelitian Shaleh ini sedikit banyak menjelaskan bagaimana akibat dari patronase itu sendiri. Meskipun secara teoritis dalam mendapatkan modal sosial, Kiai banyak dipengaruhi oleh keberadaan pondok pesantren dan seperangkat santri-santri yang menyertainya, namun secara historis pondok pesantren tersebut memiliki modal politik bukan hanya karena fungsinya sebagai lembaga pendidikan, namun juga merupakan alternatif arus pengenalan jati diri dan perlawanan masyarakat Indonesia pada masa perjuangan melawan elite kolonial dan pada saat itu, keraton. Thayib, 1997. Pada masanya dulu, dan mungkin sampai saat ini, Kiai dan pondok Pesantren bukan hanya sebagai institusi penjaga tradisi, namun juga pemberi nilai judgment tentang apa yang menjadi bagian dari ―kita‖ dan apa yang telah menjadi bagian dari mereka. Selain itu, Kiai dan pondok pesantren dalam dinamika sosiologisnya memiliki posisi yang simbolis dan strategis. Dalam konteks masyarakat pedesaan, Kiai dan pesantren bukan saja bagian belaka dari kesucian, melainkan juga menempati posisi inti dalam struktur kesucian itu sendiri. Semua itu berakar dari kemampuan Kiai dan pesantren menguasai dunia agama, ditambah dengan tipikal masyarakat yang memang belum terlalu memiliki bekal pengetahuan teknikal dan empiris, maka agama sebagai sebuah komoditas sosial menjadi sangat laku, dimana Kiai dan pesantren menempati prestis yang sangat tinggi. Thayib, 1997. Kiai dinilai memiliki prestis yang tinggi karena melihat dari banyak penelitian para ahli, Kiai dinilai memiliki pengaruh feodalistik terhadap masyarakat. Misalnya saja Thayib 1997 mengatakan bahwa Kiai dan pesantren adalah penguasa agama dan budaya terutama ketika menjadi tombak perlawanan bagi kolonial. Keadaan yang sedemikian kemudian dianalogikan seperti raksasa yang melawan kurcaci, dengan Kiai sebagai raksasanya. Demikianlah penjelasan historis dan alasan logis bagaimana posisi Kiai dan perangkat pesantren serta santrinya di masyarakat, sehingga dengan posisi itu Kiai memiliki modal- modal sosial yang sangat diperhitungkan dalam dunia perpolitikan. Turmudi 2004 mengatakan Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 199 setidaknya ada empat jenis Kiai utamanya di Kabupaten Jombang, diantaranya ; 1. Kiai Pesantren Kiai yang memusatkan perhatiannya kepada pendidikan dipesantren, pendidikan demi peningkatan sumber daya manusia, yang dimaksud adalah santri. 2. Kiai Tarekat Sosok Kiai yang fokus terhadap kegiatan untuk membangun batin dunia hati Umat Islam. dan Kiai seperti ini kerap kali memiliki pengikut dengan jumlah yang lebih banyak. 3. Kiai Politik Lebih fokus pada perihal politik praktis, baik itu terjun sebagai struktural maupun sebagai juru kampanye pada salah satu partai politik dan calon kandidat tertentu. 4. Kiai Panggung Kiai yang memusatkan pada kegiatan dakwah untuk mengembangkan ajaran islam, dan pengikutnya tersebar di beberapa daerah. Berdasarkan kriteria diatas memang tidak bisa menilai secara langsung sosok Kiai dengan jenis tertentu. karena realitasnya sekarang ini adalah Kiai tidak hanya memiliki satu kapasitas. Baik itu Kiai Pesantren, Kiai Tarekat, Kiai Politik ataupun Kiai panggung, bahwasanya realita di masyarakat adalah seringkali Kiai Tarekat merangkap pula sebagai Kiai Pesantren dan Kiai Politik. Turmudi, 2004. Dalam perkembangannya, Kiai-Kiai tersebut kemudian terkumpul dalam sebuah organisasi ortodoks yang bernama Nahdlatul Ulama‟ NU dimana anggotanya kemudian disebut sebagai Nahdliyin. Kebanyakan anggota dan pendukung organisasi ini memang berasal dari daerah-daerah pedesaan. Maka dari itu tidak heran jika kemudian dalam konstelasi perpolitikan organisasi ini banyak dilirik sebagai komoditas politik. Turmudi, 2004. Lebih jelas lagi, Thayib 1997 menjelaskan bahwa sejak munculnya NU yang pada awalnya sebagai organisasi politik, membuat persinggungan antara Kiai dan pesantren dengan dunia politik menjadi lebih vulgar. Dengan demikian, maka dunia pesantren pun lebih mudah terkena penetrasi politik dan kemudian banyak politisi NU yang memanfaatkan pengikut- pengikut setia mereka untuk dijadikan lahan subur memanen dukungan suara. Namun demikian, jika melihat dinamika kontemporer perpolitikan NU, Kiai dan santri di Jawa Timur, ada beberapa perubahan krusial yang terkadang, menggoyahkan monolitisme Kiai itu sendiri. Misalnya saja, dari segi santri sendiri, penelitian Syarif 2016 diketahui bahwa pada tahun 2013 ada momentum pudarnya kharisma Kiai yang selama ini dikenal mempunyai pengaruh kuat dalam masyarakat, khususnya di Madura, Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 200 dengan menangnya Achmad Syafii- Kholil Asyari yang merupakan peserta dengan status non Kiai diantara pesaing lainnya yang berstatus Kiai. Penelitian ini juga membuat pemetaan baru mengenai perilaku politik santri di Jawa Timur dimana muncul Santri Prismatik yang tidak segan untuk berbeda politik dengan Kiai karena Kiai bukan referensi sepenuhnya dalam politik. Dalam dimensi keagamaan pun, santri jenis ini tidak melepas Kiai sepenuhnya sebagai tokoh moral dan keagamaan. Dari NU sendiri, dalam dinamika perpolitikan kontemporernya juga mengalami pembelahan dengan momentum Pilkada Jawa Timur. Rohim 2018 dalam penelitiannya muncul dua poros politik pada Pilkada Jawa Timur, yaitu poros Lirboyo yang mendukung Gus Ipul-Puti Soekarno dan poros Tebuireng yang mendukung Khofifah-Emil Dardak. Dari pembelahan ini entah apakah penyebabnya karena pembelahan itu sendiri atau faktor lainnya, namun terlihat bahwa ada penurunan pengaruh politik Kiai-Kiai NU pada poros Lirboyo oleh masyarakat yang uniknya, Kiai pada poros itu memiliki posisi strategis pada struktural NU. Justru Kiai yang ada pada poros Tebuireng yang sama sekali tidak memiliki posisi struktural memiliki pengaruh yang besar di akar rumput selain karena pengaruh tokoh politik lain seperti Soekarwo dan Susilo Bambang Yudhoyono. Konstelasi yang sedemikian rupa tersebut yang membuat realitas politik di Jawa Timur menjadi unik, dan ketika dihubungkan dengan fenomena Pemilihan Presiden 2019 ini lalu bagaimana Kiai memerankan perannya, dalam menggapai atensi dan menggerakkan khalayak akar rumput untuk memilih Joko Widodo dan Maruf Amin, padahal seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ada pemerosotan pengaruh Kiai meski masih ada Kiai yang memiliki pengaruh luar biasa dan ada pembelahan sebelumnya antar Kiai di Jawa Timur hasil dari Pilkada Jawa Timur. Model marketing politik Newman 1994 terdapat tiga tahapan seperti yang telah peneliti tulis diatas, sebagaimana poin pertama tentang Market voter segmentation dengan arti lain membuat Tim TKD Jawa Timur harus bisa mengetahu segmentasi masyarakat di Jawa Timur dengan mengetahui seperti apa pemimpin yang dibutuhkan masyarakat, mengenal masyarakat Jawa Timur itu sendiri, dan mengidentifikasi segmen pemilih, tentang bagaimana pendekatan dengan masyarakat yang memiliki karakteristik yang berbeda di beberapa kabupaten/kota. selanjutnya yang kedua adalah Candidate Positioning bisa Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 201 juga dikatakan memastikan posisi Jokowi-Kiai Maruf Amin di Jawa Timur, disini terdapat beberapa elemen, diantanya pengenalan kekuatan dan kelemahan kandidat diambil sebagai peluang untuk membangun citra diri paslon Jokowi-Kiai Maruf tetap baik dan membuat suasana tetap stabil walaupun saat itu capres Jokowi dirundung isu SARA. HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarakan hasil observasi lapangan mengenai peran Kiai dalam strategi komunikasi politik pada Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin pada pemilihan presiden 2019 pada hal ini yang dimaksud yaitu strategi dan bagaimana implementasinya yang telah dilakukan selama ini, peneliti dapat mendeskripsikan peranan Kiai dan langkah yang telah ditempuh baik oleh para kiai dan TKD Jawa Timur dalam Memenangkan Jokowi dan Kiai Maruf Amin dalam mewujudkan strategi komunikasi politik dengan berlandaskan dasar teori Newman 1994 yaitu Model of political marketing yang adalah, Market Voter Segmentation. Segmentasi Pemilih Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin di Jawa Timur Berdasarkan data yang telah didapat dan dianalisis oleh peneliti, Tim Kampanye Daerah Wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin telah melaksanakan kegiatan yaitu berupa strategi komunikasi politik yang mereka gunakan dan kerahkan untuk memenangkan Joko Widodo dan KH. Maruf Amin di Jawa Timur. Seperti yang di ketahui TKD bekerjasama dengan Kiai dalam rangka memberi dukungan kepada Jokowi dan Kiai Maruf. Bagi TKD dan JKSN para Kiai ini tidak di khususkan hanya untuk satu golongan tertentu atau di satu daerah tertentu, tapi untuk seluruh masyarakat Jawa Timur, karena seperti yang di sampaikan Sekertaris TKD yaitu Otman Ralibi, bahwa ingin suara Jokowi dan Kiai Maruf tembus 70% di Provinsi JawaTimur. Bukan berarti dengan mengandeng Kiai sehingga segmentasi pemilihnya hanya menggandeng masyarakat muslim’ dan santri’tapi menyeluruh dengan kategori millennial dari berbagai kaum professional dan para komunitas, seperti anggota BARKOJ yag berisikan warga keturunan cina dengan latar belakang yang sama yaitu Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 202 seorang pengusaha, dan mereka pun bekerjasama dengan JKSN. Walaupun Sekjen JKSN, KH. Zahrul Azhar Asad mengatakan bahwa target dari JKSN adalah para Kiai dan santri tapi maksud luasnya serupa dengan apa yang di sampaikan oleh sekertaris TKD Jawa Timur Otman Ralibi dan Ketum JKSN Jawa Timur, KH. Roziqi, bahwasanya para Kiai dan Santri ini peran, dan serangkaian kerjasamanya dapat menggurita hingga di orang sekelilingnya. Kiai dengan para murid dan jamaahnya, para mantan santri dengan rekan se-profesi, atau yang menjadi pengusaha sehingga mampu mengkoordinir karyawannya untuk memilih Jokowi dan Kiai Maruf. Dalam elemen JKSN pun terdapat ibu-ibu Muslimat dengan suara yang nyata, dengan kata lain ibu-ibu muslimat dan fatayat ini dalam satu Komando Gubernur Jawa Timur,Khofifah Indah Parawansa, maka mampu mendulang suara Jokowi dan Kiai Maruf di Jawa yang diungkapkan responden dari TKD dan JKSN, bahwa mereka tidak hanya berkunjung sekali saja ke daerah Madura, Nampaknya daerah ini memiliki perhatian khusus bagi TKD dan JKSN. Kunjungan tersebut dilaksanakan guna memastikan agar suara Jokowi tetap aman. Seperti yang disampaikan responden dari TKD dan JKSN, bahwa di daerah Madura ini kekuatan opinion leader begitu kental, seperti yang di sampaikan responden bahwasanya apa yang dikatakan oleh tokoh masyarakat setempat maka akan dengan mudah di percaya oleh masyarakat. Ditambah lagi dengan penyebaran isu-isu di daerah Madura yang banyak seperti yang disampaikan oleh salah satu Bu Nyai yang juga ketua muslimat disalah satu daerah di tanah Madura. Seperti yang disampaikan oleh sekertaris TKD Jawa Timur bahwa akan sulit untuk mengubah pilihan orang, terlebih lagi yang sudah terkristalisasi, wabil khusus pada masyarakat yang ada di beberapa daerah seperti Madura, Situbondo dan Pacitan. Dan perlu di ingat bahwa pacitan memiliki Susilo Bambang Yudhoyono, putra terbaik pacitan yang tentunya membawa pengaruh, terlebih lagi pada pilpres kali ini SBY berkoalisi dengan capres dan cawapres Prabowo-Sandi. Joko Widodo dan Kiai Maruf Amin pada pemilihan presiden 2019 memiliki tim kampanye yang berpusat menjadi TKN dan bertempat di Jakarta, dan TKN memiliki Tim Kampanye Dearah di 34 provinsi yang ada di Indonesia, salah satunya di provinsi Jawa Timur. “TKD itu tim kampanye daerah yang ditunjuk oleh TKN di Jakarta untuk mengkoordinir, konsolidasi kegiatan-kegiatan kampanye pemenangan Jokowi. Dan itu secara resmi memang dia tim kampanye, oleh karena itu seluruh perangkat lunak dan perangkat kerasnya digunakan untuk Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 203 kemenangan Jokowi di Jawa Timur”. sumber wawancara Otman Ralibi Menjadi pusat tim pemenangan Jokowi dan Kiai Maruf di Jawa Timur membuat TKD dapat mengalokasikan segenap perangkat keras dan perangkat lunak yang dimiliki, dapat dikatakan bahwa perangkat lunak yang mereka miliki adalah berupa strategi yang akan mereka pasang guna mendulang suara Jokowi dan Kiai Maruf di Jawa Timur yang bekerja sama bersamaan dengan perangkat keras yang mereka gandeng seperti seluruh keanggotaan tim kampanye dan relawan-relawan diluar sana yang telah menjalin kerja sama dengan TKD Jawa Timur. Seperti halnya JKSN yaitu Jaringan Kiai Santri Nasional . “JKSN itu diseluruh Indonesia, awalnya adalah tim pemenangan bu Khofifah, tim pemenangan bu khofifah sukses memenangkan pilub Jawa Timur, akhirnya kita membetuk JKSN untuk memenangkan pak Jokowi” sumber wawancara KH. Zahrul Azhar AsadTKD yang juga bekerja sama dengan JKSN yang sudah memiliki massa tetap dan nyata paska pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 menjadi langkah bagus bagi TKD untuk semakin memenangkan Jokowi dan Kiai Maruf Amin di Jawa Timur. Terlebih lagi JKSN merupakan wadah bagi sekumpulan para Kiai dan santri di Jawa Timur bahkan di Indonesia. ―Peran Kiai itu kita tujukan ke semua orang, Kiai memang untuk masyarakat dan tidak bisa dibatasi hanya untuk kalangan tertentu. peran Kiai itu juga sama seperti sebelum pilpres, tidak dikurangi. yaa peran Kiai itu dalam berpesan. hanya saja mereka lebih intens bertemu masyarakat. untuk terjun ke masyarakat langsung.” sumber wawancara dengan Otman Ralibi TKD Jawa Timur menerangkan bahwa para Kiai ini mampu masuk keseluruh lapisan masyarakat. Terlebih lagi dengan momentum pemilihan presiden, Kiai ini bisa menjadi moderator politik di seluruh kalangan masyarakat. tanpa mengurangi atau melebihkan seperti apa sosok dan peranan Kiai di masyarakat lazimnya. Namun para tokoh agama ini diminta untuk lebih ditekankan dan intens lagi dalam berpesan dalam masyarakat Jawa Timur sebagai konstituen. ―banyak tidak hanya santri saja, kelompok millennial, di luar itu banyak, dari berbagai komunitas, dan kalangan profesional.sumber wawancara dengan Otman Ralibi Walaupun dengan mengajak para Kiai sebagai tokoh agama sekaligus opinion leader di tengah-tengah masyarakat tidak serta merta bahwa yang dituju hanyalah masyarakat muslim dan ‗para santri tapi semua kalangan dari berbagai usia dan jenis pekerjaan. karena dengan merangkul semua, akan semakin banyak massa yang di dapat akan semakin menopang suara Jokowi unggul di Jawa Timur. Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 204 “Kita tidak memilih karakter Kiai yang seperti apa, prinsipnya bahwa kita mengajak seluruh tokoh agama. Tapi memang terlihat jelas sebenarnya perbedaan peran tokoh agama itu saat pilpres. Jadi yang milih Prabowo itu jelas kelompok yang diluar NU tentunya, meskipun ada Kiai NU yang memilih prabowo ya, seperti yang di Jombang kan terjadi. Tapi bagi mereka yang sudah jelas ya kita tidak bisa memaksa mereka, karena itu pilihan. “sumber wawancara dengan Otman Ralibi Pada momentum pemilihan presiden, TKD dan JKSN dengan menggandeng para Kiai ini tidak menjadikan tim ini terlalu spesifik dalam memilih karakter seorang Kiai. Karena pada dasarnya seluruh tokoh agama mereka gandeng . Tanpa melebihkan dan megurangi peranan tokoh agama ini tapi dirasa dalam momen pilpres peran tokoh agama itu begitu jelas. Terlebih lagi banyaknya isu SARA yang dipermainkan. Dengan menonjolkan bahwa kelompok organisasi keagamaan Islam akan condong kepada pasangan calon yang mana. Seperti halnya individu dengan kultur Nahdlatul Ulama yang tidak tentu memilih Jokowi sekalipun pendampinya adalah KH. Maruf Amin selaku wakil prresiden yang terpilih merupakan tokoh besar dari NU. ―Tidak mudah memang mengubah pilihan orang, apalagi itu sudah terkristalisasi. Pokoknya Prabowo, mati urip Prabowo, wes ndak bias diubah. Seperti Madura itu, dan Situbondo lalu pacitan. Memang gak mudah merubah orang yang sudah kekeh.” sumber wawancara dengan Otman Ralibi Namun semua itu kembali kepada pilihan dan kepentingan masing-masing individu. Bukan hal yang mudah mengubah pilihan orang lain, terlebih pada pemilihan presiden, banyak pertimbangan mengapa individu tersebut akhirnya menjatuhkan pilihan kepada paslon tertentu. Baik itu terpengaruh karena program kerjanya atupun memilih karena sesuatu yang belum pasti, seperti beredarnya berita bohong/palsu atau yang kerapkali disebut dengan hoax. “Kita kan selalu ke pondok-pondok ya, seperti ke jawa tengah, deklarasi tiap kabupaten, saya selalu hadir, ada yang di ponpes, tapi banyak juga yang di gedung, karena jumlahnya terlalu besar. Tapi ya mayoritas muslimat, yang paling gampang digerakkan . Karena kalau bapak-bapak atau orang laki-laki kalau diajak berkumpul agak susah karena terhalang oleh waktu bekerja. kalau ibu-ibu kan kebersamaannya kuat. Jadi mereka bisa diajak bisa dipengaruhi dan motivasi.” Sumber wawancara KH. Roziqi Namun tim relawan Jokowi dan KH. Maruf Amin dapat mensiasati strategi mereka dengan adanya para Kiai ini mereka dapat memafaatkan keberadaan para massa yang sudah pasti seperti kelompok ibu-ibu muslimat. “Banyak segmentasi ibu-ibu muslimat. karena gubernurnya punya „muslimat‟ lah ibaratnya jadi yang memilih banyak.” Sumber wawancara KH. Roziqi Dapat dikatakan bahwa ibu-ibu Muslimat erat kaitannya dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 205 begitu sebaliknya, Posisi Khofifah Indar Parawansa sebagai Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama, memiliki tempat tersendiri untuk ibu-ibu muslimat NU, terutama pada momen pemilihan presiden kali ini, menjadikan masa yang nyata untuk dukungan terhadap Jokowi, terlebih lagi ketika Gubenur Jawa Timur tersebut menyatakan dukungan terhadap Jokowi dan Kiai Maruf Amin, 01 pun mengantongi satu elemen dengan puluhan bahkan ratusan hingga ribuan pendukung Jokowi dari Muslimat NU, TKD dan JKSN tetap memperluas target mereka. ―target JKSN ya para Kiai dan santri.” sumber wawancara KH. Zahrul Azhar AsadDalam JKSN, Para Kiai dan santri yang menjadi tujuan utama mereka, mungkin ini sesuai dengan arti sesungguhnya JKSN. Tapi tidak serta merta hal ini membuat JKSN dan TKD hanya menggandeng para Kiai, tokoh agama islam, dan santri saja. “Mereka yang selama ini alumni santri yang punya jarigan dengan Kiai-kiai, dan bukan hanya itu, jadi alumni santri itu kan bisa menjadi pengusaha maupun pemerintah yang memiliki hubungan dengan para Kiai.” sumber wawancara KH. Zahrul Azhar AsadHal serupa juga disampaikan oleh KH. Roziqi mengenai pendekatan JKSN sebagai tim relawan Jokowi-Kiai Maruf kepada masyarakat, “iya kita ada pendekatan melalui kiai-kiai dan santri-santri, ini yang dimaksud bukan santri-santri yang ada di dalam pondok pesantren, melainkan „mantan‟ santri yang misalnya berprofesi sebagai pengusaha, tokoh-tokoh masyarakat, kita ajak untuk menjaring. mereka-mereka yang membentuk komunitas, yang jadi pengusaha tolong anak buahnya dikoordinir untuk mendukung 01.” Sumber wawancara KH. Roziqi Ditekankan bahwa kerja sama antara JKSN dan TKD tidak hanya Kiai dan santri. Namun, Kiai dan para santri ini memiliki relasi yang luas, baik itu hubungan relasi antara Kiai dengan murid maupun jamaahnya, bahkan para santri dengan sesama para santri, ataupun para ‗mantan santri yang telah menjadi pengusaha dan masuk jajaran pemerintah. Hal tersebut yang bisa dikatakan mampu meraup massa yang nyata untuk mendukung dan mendulang suara Joko Widodo dan KH. Maruf Amin di Jawa Timur. dapat dilakukan penyebaran dari mulut ke mulut, ajakan, dan pemberian instruksi bagi para pengusaha kepada karyawannya. “Ada, seperti yang saya katakan, yang membuat kita menang selain dari kerja kita, seluruh relawan dari berbagai elemen, itu adalah sikap mereka yang menembak langsung Kiai NU dengan tidak menggunakan etika, membuat orang yang selama ini tidak mau datang ke TPS akhirnya merasa harus datang ke tps.” sumber wawancara KH. Zahrul Azhar AsadKemenangan Joko Widodo adan Kiai Maruf merupakan kemenangan yang Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 206 dirasakan oleh seluruh tim relawan di Jawa Timur, baik TKD, JKSN dan tim lainnya. Seperti kutipan dari penyataan KH. Zahrul Azhar Asad bahwa kemenangan juga disokong dari masyarakat yang kurang menghargai kepada Kiai NU. Sehingga masyarakat lain yang melihat hal tersebut menjadi membangkitkan rasa ingin mereka untuk memilih apa yang selama ini di dukung oleh Kiai NU tersebut yang kurang mendapat perlakuan baik dari pihak lain. Kemenangan itu juga tidak hanya di dapat dari masyarakat muslim, melainkan juga dari masyarakat non-muslim. “Kalau yang non-muslim kita nggak banyak gerak, karena kita jaringan Kiai dan santri, tapi untuk yang non-muslim ada kerjasama, di Surabaya ini ada yang namanya BARKOJ, barisan komunitas Jokowi, isinya orang-orang cina, pengusaha-pengusaha muda, itu mengajak kita kerjasama, ngasih bantuan buah kaos.” Sumber wawancara KH. Roziqi Walaupun pihak JKSN tidak banyak bergerak dengan masyarakat non-muslim, tokoh agama non-muslim, ataupun komunitas yang terdiri dari orang-orang non-muslim, tapi mereka tidak menutup diri. Membuka pintu bagi siapa saja yang ingin membatu kemenangan Jokowi dan Kiai Maruf. Seperti BARKOJ komunitas pendukung Jokowi yang mayoritas pengusaha keturunan Cina yang memberikan bantuan alat peraga kampanye berupa kaos. Hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk toleransi dan persatuan. Dan segmentasi pemilih TKD dan JKSN merata di seluruh kalangan masyarakat di Jawa Timur. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran Kiai di bersama Tim Kampanye Daerah wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan KH. Maruf Amin pada konteks strategi komunikasi politik yaitu sebagai, Opinion Leader, Mediator Politik dan Vote Getter. Dalam hal ini adalah kampanye terutama dalam menyukseskan kemenangan Joko Widodo dan Kiai Maruf, peran Kiai terlihat dalam kegiatan seperti dalam pengajian-pengajian, yang juga dilakukan oleh jaringan Fatayat Muslimat NU oleh JKSN, terdapat juga pertemuan antar Kiai dan tokoh agama. Dan yang menjadi poin penting peran Kiai ini ketika bertatap muka dengan masyarakat, Kiai menyampaikan sosialisasi dan meluruskan mengenai isu negatif yang ditujukan kepada Joko Widodo. Seperti yang diketahui, penyerangan dengan Menggunakan isu SARA , dan politik identitas begitu digoreng untuk memojokkan paslon tertentu yaitu paslon 01, utamanya capres incumbent, yaitu Joko Widodo, dan serangkain pemberitaan negatif tersebut merupakan Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 207 PR bersama bagi TKD Jawa Timur, para Kiai dan Tokoh agama, beserta tim relawan JKSN untuk menangkis isu-isu yang merugikan paslon 01. Dengan menggandeng Kiai dan salah satu tim relawan JKSN yang berbasis Kiai dan santri ini, menggandeng para Kiai di Jawa Timur, Tim Kampanye Daerah wilayah Jawa Timur sebagai tim yang mengkoordinir dan mengkonsolidasi yang kemudian menyerahkan kegiatan kampanye tersebut kepada masing-masing Kiai, begitu juga dengan JKSN memiliki model Silent Majority yang pendekatannya menggunakan Kiai Kampung yang dirasa efektif. Hal ini dilihat karena posisi Kiai yang strategi tidak menutup kemungkinan para Kiai dilirik dan menjalin kerjasama dengan pemerintah maupun tokoh-tokoh politik. Para Kiai dapat menjadi jembatan bagi pemerintah untuk mendapat simpati masyarakat dan menjadi jembatan ketika masyarakat ingin menyampaikan aspirasi atau pendapat terhadap pemerintah dah tokoh politik lainnya. Saran Peran Kiai sebagai aksi kampanye perang darat sangat diperlukkan dan perlu dilaksanakan secara masif terutama di daerah-daerah yang dimana suara Joko Widodo dan Kiai Maruf tertinggal jauh. Lalu kepada pihak yang terkait pada pembahasan yaitu Tim Kampanye Daerah wilayah Jawa Timur Joko Widodo dan Kiai Maruf yaitu mengenai ketanggapan dalam menangkis isu hoax yang ditujukan pada paslon 01, karena seperti yang disampaikan Sekjen TKD Jawa Timur, bahwasanya pihak TKD kerapkali terlambat dengan bertebarannya konten-konten negative terutama hoax tersebut hingga pada akhirnya hoax itu diterima lebih awal oleh masyarakat, hal seperti ini dapat diatasi dengan dimana Tim TKD tidak hanya mengguakan Kiai sebagai komunikator tetapi juga menggunakan serangan udara dengan klarifikasi di Media Sosial, terutama Twitter dan Instagram, supaya kalangan millenial yang juga masuk pada segmentasi mereka, dan tahu bahwa ada berita hoax yang ditujukan pada Jokowi dan Kiai Ma millenial pun dapat membagikan dengan mudah isi konten tersebut kesesama teman, dan bisa menularkan ke banyak orang. Hal ini dapat pula menjadikan media sosial TKD Jawa Timur lebih hidup, dengan mencantumkan ―fact and hoaxdengan konsep infografik dengan desain grafis yang menarik, sehingga dapat ditangkap juga oleh generasi millennial. Journal of Governance Innovation Volume 2, Number 2, September 2020 P-ISSN 2656-6273, E-ISSN 657-1714 208 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Zein. 2008. Strategi Komunikasi Politik dan Simbiosa Balai Pengkajian dan PengembanganInformasi. Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik Konsep, Teori danStrategi. Jakrata Rajawali Pres. Cangara, Hafied. 2014. Komunikasi Politik. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu- ilmu Sosial. Jakarta Salemba Humanika. Kiswanto, Heri. 2008. Gagalny Peranan Politik Kiai Dalam MengatasiKrisis Multi Dimensional. Yogyakarta Nawasae Press. Less, Jennifer, Marshment. 2009. Political Marketing Principles and Applications. Routledge. Canada Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Patoni, Achmad. 2007. Peran Kiai Pesantren Dalam Partai Politik. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Purwodarmino. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai PustakaSugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Suwardi, Harsono, Sendjaja, Sasa Djuarsa dan Budi Setio. 2002. Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta Galang Press. Suprayogo, Imam. 2007. Kiai dan Politik, Membaca Citra Politik Kiai. Malang UIN Malang Pres. Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kiai dan LKis. Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye. Bandung Simbiosa Rekatama Media. Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus Desain dan Metode. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Website .2017. Siapa Nahdliyin Itu? Ini Jawaban KH Maimoen Zubair. nahdliyin-itu-ini-jawaban-kh-maimoen-zubair diakses pada 29 Juli 2019 https//kpuJawa Raditya, Iswara N. 2019. Sejarah Hidup Kiai Asep Saifuddin Chalim & Kasus Romahurmuziy. hidup-kiai-asep-saifuddin-chalim-kasus-romahurmuziy- dkfs Diakses pada 29 Juli 2019 Rizky Amalia AzizPeran kiai dalam pemenangan kandidat pemilu menjadi efektif karena ia berperan di dua level, yaitu sebagai konsolidator kekuatan politik di level elit dan sebagai mobilisator suara pemilih di level grassroot. Tulisan ini membahas peran Kiai Yusuf Chudlori sebagai konsolidator jaringan kiai dan mobilisator suara pemilih dalam pemenangan kandidat Jokowi-Ma’ruf pada pilpres 2019 di Kecamatan Tegalrejo. Metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus digunakan untuk mengkaji permasalahan ini. Data dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam, observasi partisipatoris, dan dokumentasi. Kajian ini menunjukkan bahwa Gus Yusuf berhasil mengonsolidasikan jaringan kiai secara gradual sehingga terbentuk kekuatan politik yang stabil. Jaringan kiai ini berfungsi untuk menjangkau massa jamaah secara luas. Di sisi lain, sebagai kiai yang paling berpengaruh secara elektoral di Tegalrejo, Gus Yusuf berperan efektif sebagai mobilisator suara pemilih karena banyaknya pengajian sebagai sarana mobilisasi, kuatnya pengaruh Gus Yusuf dalam kehidupan masyarakat, serta penggunaan metode-metode mobilisasi yang menarik. Tulisan ini menyimpulkan bahwa pemenangan kandidat Jokowi-Ma’ruf di Tegalrejo menjadi efektif karena Gus Yusuf berperan kolaboratif sebagai konsolidator yang bergerak di level elit dan mobilisator yang bergerak di level akar WadiLaesa DiniatyFahrurrazi FahrurraziDa'wah and technological advances are inseparable, but this is a foothold in the concept of contemporary da'wah that is easily accepted by today's society. The presence of new media is utilized by everyone who has political interests, from politicians, party people even to clerics to convey a politically weighted message. One of them is ustad Abdul Somad's discourse that uses new media to preach and package symbolically politically charged messages. In analyzing ustad Abdul Somad's political discourse on social media, especially YouTube, the author used the knife of norman fairclough's critical discourse analysis theory to dismantle the practice of lecture discourse. The results of this study show that the discourse of Ustadz Abdul Somad lectures has a political content that is discussed in a symbolic way. The clarity of the symbol is part of the message of political communication, because political communication is not only in verbal language but can be packaged with nonverbal language. Ustadz Abdul Somad on the political stage has the legitimacy to give a message that persuades the public of his choice, because Ustadz Abdul Somad is not just a da'i but not apart from social status that easily approaches and mobilizes the community. Therefore, the representation of symbols will form an identity, then the symbolic message delivered will be believed to be a political message because it is spoken in an election year. The discourse of Ustadz Abdul Somad's lectures could not be separated from the political content to influence the community packed with symbolic messages in his lectures. Jennifer Lees-MarshmentSubstantially revised throughout, Political Marketing second edition continues to offer students the most comprehensive introduction to this rapidly growing field. It provides an accessible but in-depth guide to what political marketing is and how it is used in practice, and encourages reflection on how it should be used in the future. Features and benefits of the second edition New chapters on political branding and delivery marketing; Expanded discussion of political public relations, crisis management, marketing in the lower levels of government and volunteer-friendly organizations; Examination of the new research on emerging practices in the field, such as interactive and responsive leadership communication, mobile marketing, co-creation market research, experimental and analytic marketing, celebrity marketing and integrated marketing communications; and Extensive pedagogical features, including 21 detailed case studies from around the world, practitioner profiles, best practice guides, class discussion points, an online resource site and both applied and traditional assessment questions Written by a leading expert in the field, this textbook is essential reading for all students of political marketing, parties and elections and comparative Komunikasi Politik dan PenerapannyaZein AbdullahAbdullah, Zein. 2008. Strategi Komunikasi Politik dan Simbiosa Balai Pengkajian dan Politik. Jakarta PT. Raja Grafindo PersadaHafied CangaraCangara, Hafied. 2014. Komunikasi Politik. Jakarta PT. Raja Grafindo Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT. Remaja RosdakaryaOnong EffendyUchjanaEffendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT. Remaja Peranan Politik Kiai Dalam MengatasiKrisis Multi DimensionalHeri KiswantoKiswanto, Heri. 2008. Gagalny Peranan Politik Kiai Dalam MengatasiKrisis Multi Dimensional. Yogyakarta Nawasae Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja RosdakaryaMoleongMoleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT Remaja Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai PustakaSugiyonoPurwodarminoPurwodarmino. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai PustakaSugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Demokrasi dan Manajemen KomunikasiSuwardiHarsonoSasa SendjajaDjuarsa Dan BudiSetioSuwardi, Harsono, Sendjaja, Sasa Djuarsa dan Budi Setio. 2002. Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta Galang TurmudiTurmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kiai dan Kasus Desain dan Metode. Rajagrafindo PersadaRobert K YinYin, Robert K. 2011. Studi Kasus Desain dan Metode. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
SoalDukungan Politik, Shaggydog Dapat Wejangan dari Kyai Jawa Timur. Heru Wahyono, Vokalis Shaggydog, Jumat (15/3/2019). Foto: ken. Pegiat musik ska asal Yogyakarta, Shaggydog nampak bingung dan bimbang untuk menjatuhkan dukungan politiknya menjelang Pilpres 2019 yang jatuh pada 17 April mendatang. Mengingat, kawan seperjuangan dan seprofesi
Siapa yang tidak mengenal Gus Mik? Di Jawa Timur khususnya, namanya begitu melegenda karena memiliki banyak kekhususan. Ia berdakwah dengan cara yang nyentrik dan dikenal di kalangan NU sebagai seorang kyai yang memiliki segudang ”kesaktian” alias Karomah. Gus Mik dianggap oleh banyak orang memiliki kemampuan supranatural. Banyak kesaktian ditempelkan pada reputasinya. Banyak orang yang rela antre berlama-lama untuk bisa bertemu dengan Gus Mik dengan berbagai pamrih ingin banyak rezeki, mau naik pangkat, menyembuhkan penyakit, sampai hajat untuk memperoleh nama untuk bayi yang baru lahir. Semuanya—dipercaya oleh para pengagumnya—bisa dibantu oleh Gus Mik. Kemampuan supranatural itu, dalam istilah eskatologi pesantren, dinamakan khariqul `adah. Kalangan awam memandang kemampuan semacam itu sebagai suatu keanehan. Namun, di mata Gus Dur, kenyentrikan Gus Mik terletak pada kearifannya yang telah menembus batasan agama. Melalui transendensi keimanannya, ia tidak lagi melihat kesalahan pada keyakinan orang beragama atau berkepercayaan lain. Contohnya, Gus Mik bersikap membimbing kepada Ayu Wedhayanti, seorang Hindu yang kini telah berpindah hati ke Islam, seperti yang dilakukannya terhadap Machica Mochtar, penyanyi asal Ujungpandang yang muslim. Kenyentrikan lain kiai yang memiliki citra rasa terhadap berbagai macam kopi itu telah menembus rambu-rambu baik dan buruk di mata kebanyakan manusia. Gus Mik, karena itu, tidak segan melepas jubah kekiaiannya dan bercengkerama dengan para penikmat hiburan malam di diskotek, klub malam, bar, dan coffee shop. Ibarat kata, di mata Gus Mik, seorang bajingan dan seorang suci adalah sama manusia. Dan manusia memiliki potensi untuk memperbaiki diri. “Kerinduannya kepada realisasi potensi kebaikan pada diri manusia inilah yang menurut saya menjadikan Gus Mik supranatural,” kata Gus Dur dalam buku Gus Dur Menjawab Tantangan Zaman, terbitan Kompas, Jakarta, 1999. NU Nahdlatul Ulama adalah gudang kiai berperilaku eksentrik. Istilah populer untuk eksentrisitas di kalangan pesantren adalah khariqul `adah, sebuah kata dari bahasa Arab yang berarti “di luar kebiasaan”. Abdurrahman Wahid, bekas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, memakai istilah khariqul `adah untuk dua pengertian yang substantif dan yang permukaan kulit. Gus Dur, begitu panggilan akrab kiai yang kini menjadi mantan presiden itu, pernah memakai istilah tadi untuk menggambarkan kenyentrikan almarhum Gus Mik Kiai Hamim Jazuli, seorang ulama masyhur dari Pesantren Alfalah Ploso, Kediri. Kiai-kiai yang nyentrik dengan dua pengertian itu memang bertebaran di NU, sebuah organisasi keagamaan yang berbasis kultural di pesantren tradisional. Tapi, tak pelak, cerita yang harum beredar di masyarakat adalah kenyentrikan yang bersifat permukaan. Bisa jadi karena hal permukaan itu yang memang mudah dilihat dan karenanya menjadi cerita eksotis bagi orang kebanyakan. Cerita-cerita supranatural itu banyak beredar dari mulut ke mulut, sementara kearifan para kiai nyentrik kurang memperoleh catatan yang memadai. Bisa jadi karena tradisi penulisan sejarah kurang memberikan pendekatan dari segi substansi. Atau, bisa jadi karena para kiai nyentrik itu cenderung hidup di luar pagar resmi organisasi. Para kiai yang mengundang pesona eksotisme itu hadir sejak awal sejarah NU hingga kini. Muhammad Kholil 1835-1925, pendiri pesantren yang kini bernama Syaikhona I di Desa Kademangan, Bangkalan, misalnya. Kiai yang dianggap moyang para kiai supanatural itu memiliki kisah mistis-simbolis berkaitan dengan sejarah pembentukan NU. Guru para kiai besar di Jawa itulah yang menjadi penginspirasi pembentukan NU lewat isyarat penyerahan sebatang tongkat pada 1924, dan sebuah tasbih setahun kemudian, yang dikirim lewat Kiai As’ad Syamsul Arifin, pendiri Pesantren Asembagus, Situbondo, kepada Hasyim Asy’ari, murid Kiai Kholil yang kemudian terkenal sebagai pendiri NU. Kenyentrikan Kiai Kholil tampak sejak muda. Ketika belajar di Pesantren Langitan. Tuban, Kholil pernah membuat terpana Kiai Muhammad Noer, gurunya. Suatu hari Kholil ikut salat berjamaah yang diimami Kiai Noer. Di tengah salat, Kholil tertawa terbahak-bahak—sesuatu yang bisa membatalkan salat. Usai salat, Kiai Noer menanyakan alasan Kholil tertawa. “Maaf, kiai. Ketika salat tadi, saya melihat kiai sedang mengaduk-aduk nasi di bakul. Karena itu saya tertawa,” kata Kholil seperti ditulis dalam buku Biografi dan Karomah Kiai Kholil Bangkalan terbitan Pustaka Ciganjur, 1999. Santri muda itu tampaknya bisa membaca pikiran orang. Seperti yang diakui Kiai Noer, memang ketika salat, dia yang sedang lapar membayangkan terus nasi di benaknya. Abdul Wahab Abdullah 1888-1971, murid Kiai Kholil yang kemudian menjadi pengasuh Pesantren Tambakberas, Jombang, juga ketularan kelebihan gurunya. Salah seorang pendiri NU itu mempunyai andil dalam pencarian nama NU. Caranya pun lewat jalan spiritual. Konon, sebelum penentuan pilihan dari sejumlah nama, Kiai Wahab melakukan istikharah, salat untuk menentukan pilihan. Dalam suatu penglihatan mata batin, Kiai Wahab bertemu Sunan Ampel, seorang wali Jawa Timur, yang memberi blangkon dan sapu bulu ayam bergagang panjang. Tak jelas apa arti simbol itu. Tapi, menurut Hasib Wahab, anaknya, dalam penglihatan itulah Kiai Wahab memperoleh keputusan untuk menamakan organisasi kaum ulama tradisional itu dengan nama NU. Kiai Wahab, yang sewaktu muda dijuluki macan oleh Kiai Kholil, Bangkalan, itu dalam sejarahnya selain jago berdebat politik juga dikenal sebagai pendekar silat. Ada cerita, suatu waktu di Desa Tambakberas berlangsung pertandingan pencak silat. Semua jago silat di Jawa Timur konon turun gelanggang. Salah satu jagoannya, Djojo Rebo, dikenal kebal. Ketika hampir semua pendekar takluk, Djojo Rebo melihat kehadiran Kiai Wahab hanya sebagai penonton. Padahal, Gus Dul, begitu panggilan akrab Kiai Wahab, dikenal jago silat. Djojo Rebo pun menantangnya. “Gus Dul, ayo turun kemari. Keluarkan seluruh ajimat yang kamu bawa dari Mekkah. Ayo kita bertarung,” kata Djojo Rebo. Kiai Wahab, yang baru saja pulang dari Tanah Suci untuk belajar agama, itu tak bisa menolak tantangan. Akhirnya Kiai Wahab turun juga. Tapi jurusnya unik ia hanya berdiri mematung dengan sorot mata memandang ke mata Djojo Rebo. Tiba-tiba tubuh Djojo Rebo terempas dan melayang bagai kapas hingga jatuh ke tanah. Kelebihan Gus Mik terasa lebih hidup karena masih banyak kesaksian segar yang bisa dikumpulkan, termasuk dari anak-anaknya. Gus Sabut Pranoto Projo menyimpan kisah tentang kemampuan pecah diri bi-lokasi Gus Mik. Ketika Kiai Romly, pendiri Pesantren Darul Ulum, Jombang, dan seorang mursyid tarekat meninggal dunia, keluarga Kiai Akhmad Jazuli, ayah Gus Mik, datang melayat. Menjelang berangkat, Gus Mik kecil menolak ajakan untuk melayat ke Jombang dan memilih tinggal di rumah. Tapi, setelah keluarga itu tiba di rumah duka, Gus Mik telah berada di tempat yang sama. Lebih mengherankan lagi, keluarga Kiai Romly menyaksikan bahwa Gus Mik telah menemani almarhum sejak seminggu sebelum Kiai Romly wafat. Kisah-kisah supranatural bertebaran di kalangan NU. Salah satu faktornya karena sebagian kiai nahdliyin menjalankan tradisi sufisme. Di lingkungan NU, seperti kata doktor sejarah dan kebudayan Andree Fellard dalam buku NU vis-à-vis Negara, para kiai yang tergabung dalam tarekat memiliki pengaruh yang paling kokoh terhadap masyarakat luas di pesantren ataupun di luar wilayah desanya. Pengaruh yang mereka dapatkan datang dari kepercayaan masyarakat terhadap bakat supranatural yang dimiliki kiai sebagai penyembuh, pengusir makhluk halus, dan sebagai penasihat rumah tangga. Ketersohoran kiai tarekat telah turut mengimbangi memudarnya otoritas ulama dan ahli fikih yang pernah berpindah ke tangan birokrasi. Kiai dengan kelebihan supranatural masih hadir hingga masa menjelang pergantian abad ke-21. Lora Kholil, 31 tahun, adalah kiai muda yang memiliki percikan khoriqul `adah di masa kini. Pamor lulusan Universitas Ainus Syams, Saudi Arabia, itu amat kondang di Situbondo. Bukan hanya karena pengaruh nama besar As’ad Syamsul `Arifin, ayahanda dan pendiri Pesantren Asembagus, Situbondo, tetapi dia sendiri memiliki aura kewibawaan. Berbadan ceking, selalu bersarung dengan surban putih, pengasuh Pesantren Walisongo, Situbondo, itu berhasil “menaklukkan” ribuan anak jalanan preman pada awal 1990-an. Ahmad Mustofa Bisri dari Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, memilih untuk tidak memiliki kelebihan supranatural dengan menekankan tasawuf pada aspek akhlak dan pengolahan interioritas batin. Toh, kekuatan supranatural bisa dipelajari setiap orang lihat juga Mukjizat, Mata Ketiga, dan Sains. Juga Habib Luthfi, seorang ulama tasawuf yang lebih suka menebarkan pesona musikal. Menyikapi kenyentrikan kiai, Gus Dur memberikan contoh terbaik mengagumi yang substansi daripada yang permukaan. KH. Hamim Tohari Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940,beliau adalah putra KH. Jazuli Utsman seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo Kediri, Gus Miek salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama NU dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di Jawa Timur. Maka wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau intraksi sosial hablum minallah wa hablum minannas. Hal itu dilakukan karena Gus Miek mempunyai hubungan dan pergaulan yang erat dengan alm KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq, serta melalui keterikatannya pada ritual ”dzikrul ghafilin” pengingat mereka yang lupa. Gerakan-gerakan spritual Gus Miek inilah, telah menjadi budaya di kalangan Nahdliyin sebutan untuk warga NU, seperti melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang ada di Jawa maupun di luar Jawa. Hal terpenting lain untuk diketahui juga bahwa amalan Gus Miek sangatlah sederhana dalam praktiknya. Juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya, yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun akhirat. SIAPA SESUNGGUHNYA GUS MIK? Gus Miek seorang hafizh penghapal Al-Quran. Karena, bagi Gus Miek, Al-Quran adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan, beliaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin. Gus Miek selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang yang nyeleneh, beliau lebih menyukai da’wah di kerumunan orang yang melakukan maksiat seperti diskotik, club malam dibandingkan dengan menjadi seorang kyai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya kitab kuning. hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di Jawa Timur keluar masuk club malam, bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggiran jalan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam kegelapan. Ajaran-ajaran beliau yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau dalam bahasa indonesia-nya pemikiran jalan pintas. Pernah diceritakan Suatu ketika Gus Miek pergi ke diskotik dan di sana bertemu dengan Pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek salah satu dari mereka mengenali Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek. ”Gus kenapa sampeyan ikut Minum bersama kami ? sampeyankan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh Agama ?” lalu Gus Miek Menjawab “aku tidak meminumnya 
..!! aku hanya membuang minuman itu kelaut
!” hal ini membuat mereka bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan, Gus miek angkat bicara “sampeyan semua ga percaya kalo aku tidak meminumnya tapi membuangnya kelaut..?” lalu Gus Miek Membuka lebar Mulutnya dan mereka semua terperanjat kaget didalam Mulut Gus miek terlihat Laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang kelaut. Dan Saat itu juga mereka diberi Hidayah Oleh Alloh SWt untuk bertaubat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu Karomah kewaliyan yang diberikan Alloh kepada Gus Miek. Jika sedang jalan-jalan atau keluar, Gus Miek sering kali mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran lantaran beliau sering menangis jika melihat seseorang yang “masa depannya” suram dan tak beruntung di akhirat kelak. Ketika beliau berdakwah di Semarang tepatnya di NIAC di Pelabuhan Tanjung Mas. Niac adalah surga perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun keturunan, Gus Miek yang masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong-cukong itu mengalami kekalahan yang sangat besar. NIAC pun yang semula menjadi surga perjudian menjadi neraka yang sangat menakutkan bagi para penjudi dan penikmat maksiat. Satu contoh lagi ketika Gus Miek berjalan-jalan ke Surabaya, ketika tiba di sebuah club malam Gus Miek masuk kedalam club yang di penuhi dengan perempuan-perempuan nakal, lalu Gus Miek langsung menuju waitres pelayan minuman beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil meniupkan asap rokok tepat di wajahnya, perempuan itu pun mundur tapi terus di kejar oleh Gus miek sambil tetap meniupkan asap rokok diwajah perempuan tersebut. Perempuan tersebut mundur hingga terbaring di kamar dengan penuh ketakutan, setelah kejadian tersebut perempuan itu tidak tampak lagi di club malam itu. Pernah suatu ketika Gus Farid anak Siddiq yang sering menemani Gus Miek mengajukan pertanyaan yang sering mengganjal di hatinya, pertama bagaimana perasaan Gus Miek tentang Wanita ? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja jadi jalan untuk syahwat tidak ada” jawab Gus miek. Pertanyaan kedua Gus Farid menayakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik itu dijalan maupun saat bertemu dengan tamu
”Apabila aku bertemu orang dijalan atau tamu aku diberi pengetahuaan tentang perjalanan hidupnya sampai mati. Apabila aku bertemu dengan seseorang yang nasibnya buruk maka aku menangis, maka aku memakai kaca mata hitam agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menagis“ jawab Gus Miek Adanya sistem Dakwah yang dilakukan Gus miek tidak bisa di contoh begitu saja karena resikonya sangat berat bagi mereka yang Alim pun Sekaliber Hamid pasuruan mengaku tidak sanggup melakukan da’wak seperti yang dilakukan oleh Gus Miek padahal Hamid juga seorang waliyalloh. GUS MIEK BERTEMU KH. MAS’UD Ketika masih berusia 9 tahun, Gus Miek sowan ke rumah Gus Ud KH. Mas’ud Pagerwojo, Sidoarjo. Gus Ud adalah seorang tokoh kharismatik yang diyakini sebagai seorang wali. Dia sering dikunjungi olah sejumlah ulama untuk meminta doanya. Di rumah Gus Ud inilah untuk pertama kalinya Gus Miek bertemu KH. Ahmad Siddiq, yang di kemudian hari menjadi orang kepercayaannya dan sekaligus besannya. Saat itu, Kiai Ahmad Siddiq masih berusia 23 tahun, dan tengah menjadi sekretaris pribadi KH. Wahid Hasyim yang saat itu menjabat sebagai menteri agama. Sebagaimana para ulama yang berkunjung ke ndalem Gus Ud, kedatangan Kiai Ahmad Siddiq ke ndalem Gus Ud juga untuk mengharapkan do’a dan dibacakan Al-Fatehah untuk keselamatan dan kesuksesan hidupnya. Tetapi, Gus Ud menolak karena merasa ada yang lebih pantas membaca Al-Fatehan. Gus Ud kemudian menunjuk Gus Miek yang saat itu tengah berada di luar rumah. Gus Miek dengan terpaksa membacakan Al-Fatehah setelah diminta oleh Gus Ud. KH. Ahmad Siddiq, sebelum dekat dengan Gus Miek, pernah menemui Gus Ud untuk bicara empat mata menanyakan tentang siapakah Gus Miek itu. “Mbah, saya sowan karena ingin tahu Gus Miek itu siapa, kok banyak orang besar seperti KH. Hamid menghormatinya?” Tanya KH. Ahmad Siddiq. “Di sekitar tahun 1950-an, kamu datang ke rumahku meminta do’a. Aku menyuruh seorang bocah untuk mendoakan kamu. Itulah Gus Miek. Jadi, siapa saja, termasuk kamu, bisa berkumpul dengan Gus Miek itu seperti mendapatkan Lailatul Qodar,” jawab Gus Ud. Begitu Gus Ud selesai mengucapan kata Lailatul Qodar, Gus Miek tiba-tiba turun dari langit-langit kamar lalu duduk di antara keduanya. Sama sekali tidak terlihat bekas atap yang runtuh karena dilewati Gus Miek. Setelah mengucapkan salam, Gus Miek kembali menghilang. Suatu hari, Gus Miek tiba di Jember bersama Syafi’i dan KH. Hamid Kajoran, mengendarai mobil Fiat 2300 milik Sekda Jember. Sehabis Ashar, Gus Miek mengajak pergi ke Sidoarjo. Rombongan bertambah Mulyadi dan Sunyoto. Tiba di Sidoarjo, Gus Miek mengajak istirahat di salah satu masjid. Gus Miek hanya duduk di tengah masjid, sementara KH. Hamid Kajoran dan Syafi’i tengah bersiap-siap menjalankan shalat jamak ta’khir Magrib dan Isya. Ketika Syafi’i iqomat, Gus Miek menyela, “Mbah, Mbah, shalatnya nanti saja di Ampel.” KH. Hamid dan Syafi’i pun tidak berani melanjudkan. Tiba-tiba, dri sebuah gang terlihat seorang anak laki-laki keluar, sedang berjalan perlahan. Gus Miek memanggilnya. “Mas, beri tahu Mbah Ud, ada Gus Hamim dari kediri,” kata Gus Miek kepada anak itu. Anak itu lalu pergi ke rumah Mbah Ud. Tidak beberapa lama, Mbah Ud datang dengan dipapah dua orang santri. “Masya Allah, Gus Hamim, sini ini Kauman ya, Gus. Kaumnya orang-orang beriman ya, Gus. Ini masjid Kauman, Gus. Anda doakan saya selamat ya, Gus,” teriak Mbah Ud sambil terus berjalan ke arah Gus Miek. Ketika sudah dekat, Gus Miek dan Mbah Ud terlihat saling berebut untuk lebih dulu menyalami dan mencium tangan. Kemudian Gus Miek mengajak semuanya ke ruamah Mbah Ud. Tiba di rumah, Mbah Ud dan Gus Miek duduk bersila di atas kursi, kemudian dengan lantang keduanya menyanyikan shalawat dengan tabuhan tangan. Seperti orang kesurupan, keduanya terus bernyanyi dan memukul-mukul tangan dan kaki sebagai musik iringan. Setelah puas, keduanya terdiam. “Silakan, Gus, berdoa,” kata Mbah Ud kepada Gus Miek. Gus miek pun berdoa dan Mbah Ud mengamini sambil menangis. Di sepanjang perjalanan menuju ruamah Syafi’i di Ampel, Sunyoto berbisik-bisik dengan Mulyadi. Keduanya penasaran dengan kejadian yang baru saja mereka alam. Karena Mbah Ud Pagerwojo terkenal sebagai wali dan khariqul adah di luar kebiasaan. Hampir semua orang di Jawa Timur segan terhadapnya. “Mas, misalnya ada seorang camat yang kedatangan tamu, lalu camat tersebut mengatakan silakan-silakan dengan penuh hormat, itu kalau menurut kepangkatan, bukankah tinggi pangkat tamunya?” Tanya Sunyoto kepada Mulyadi. Mbah Ud adalah salah seorang tokoh di Jawa Timur yang sangat disegani dan dihormati Gus Miek selain KH. Hamid Pasuruan. Hampir pada setiap acara haulnya, Gus Miek selalu hadir sebagai wujud penghormatan kepada orang yang sangat dicintainya itu. KETERTUNDUKAN BINATANG Ketika gus miek baru mulai bisa merangkak, saat itu ibunya membawa ke kebun untuk mengumpulkan kayu bakar dan panen kelapa, bayi itu ditinggalkan sendirian di sisi kebun, tiba-tiba dari semak belukar muncul seekor harumau. Spontan sang ibu berlari menjauh dan luapa bahwa bayinya tertinggal. Begitu sadar, sang ibu kemudian berlari mencari anaknya. Tetapi, sesuatu yang luar biasa terjadi. Ibunya melihat harimau itu duduk terpaku di depan sang bayi sambil menjilagti kuku-kukunya seolah menjaga sang bayi. Peristiwa ketertundukan binatang ini kemudian berlanjut hingga Gus Miek dewasa. Di antara kejadian itu adalah Misteri Ikan dan Burung Raksasa. Gus Miek yang sangat senang bermain di tepi sungai Brantas dan menonton orang yang sedang memancing, pada saat banjir besar Gus Mik tergelincir ke sungai dan hilang tertelan gulungan pusaran air. sampai beberapa jam, santri yang ditugaskan menjaga Gus Miek, mencari di sepanjang pinggiran sungai dengan harapan Gus Miek akan tersangkut atau bisa berenang ke daratan. Tetapi, Gus Miek justru muncul di tengah sungai, berdiri dengan air hanya sebatas mata kaki karena Gus Miek berdiri di atas punggung seekor ikan yang sangat besar, yang menurut Gus Miek adalah piaraan gurunya. Pernah suatu hari, ketika ikut memancing, kail Gus Miek dimakan ikan yang sangat besar. Saking kuatnya tenaga ikan itu, Gus Miek tercebur ke sungai dan tenggelam. Pengasuhnya menjadi kalang kabut karena tak ada orang yang bisa menolong, hari masih pagi sehingga masih sepi dari orang-orang yang memancing. Hilir mudik pengasuhnya itu mencari Gus Miek di pinggir sungai dengan harapan Gus Miek dapat timbul kembali dan tersangkut. Tetapi, setelah hampir dua jam tubuh Gus Miek belum juga terlihat, membuat pengasuh itu putus asa dan menyerah. Karena ketakutan mendapat murka dari KH. Djazuli dan Ibu Nyai Rodyiah, akhirnya pengasuh itu kembali ke pondok, membereskan semua bajunya ke dalam tas dan pulang tanpa pamit. Dalam cerita yang disampaikan Gus Miek kepada pengikutnya, ternyata Gus Miek bertemu gurunya. Ikan tersebut adalah piaraan gurunya, yang memberitahu bahwa Gus Miek dipanggil gurunya. Akhirnya, ikan itu membawa Gus Miek menghadap gurunya yaitu Nabi Khidir. Pertemuan itu menurut Gus Miek hanya berlangsung selama lima menit. Tetapi, kenyataannya Gus Miek naik ke daratan dan kembali ke pondok sudah pukul empat sore. beberapa bulan kemudian, setelah mengetahui bahwa Gus Miek tidak apa-apa, akhirnya kembali ke pondok. Pada suatu malam di ploso, Gus Miek mengajak Afifudin untuk menemaninya memancing di sungai timur pondok Al Falah. Kali ini, Gus Miek tidak membawa pancing, tatapi membawa cundik. Setelah beberapa lama menunggu, hujan mulai turun dan semakin lama semakin deras. Tetapi, Gus Miek tetap bertahan menunggu cundiknya beroleh ikan meski air sungai brantas telah meluap. Menjelang tengah malam, tiba-tiba Gus Miek berdiri memegangi gagang cundik dan berusaha menariknya ke atas. Akan tetapi, Gus Miek terseret masuk ke dalam sungai. Afifudin spontan terjun ke sungai untuk menolong Gus Miek. Oleh Afifudin, sambil berenang, Gus Miek ditarik ke arah kumpulan pohon bambu yang roboh karena longsor. Setelah Gus Miek berpegangan pada bambu itu, Afifudin naik ke daratan untuk kemudian membantu Gus Miek naik ke daratan. Sesampainya di darat, Gus Miek berkata “Fif, ini kamu yang terakhir kali menemaniku memancing. Kamu telah tujuh kali menemaniku dan kamu telah bertemu dengan guruku.“ Afifudin hanya diam saja. Keduanya lalu kembali kepondok dan waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. GUS MIEK WAFAT Tepat tanggal 5 juni 1993 Gus Miek menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah sakit Budi mulya Surabaya sekarang siloam. Kyai yang nyeleneh dan unik akhirnya meninggalkan dunia dan menuju kehidupan yang lebih abadi dan bertemu dengan Tuhannya yang selama ini beliau rindukan. DAWUH DAWUH GUS MIK Dhawuh 1 “Saya adalah mursyid tunggal Dzikrul Ghofilin” kata Gus Mik. “Lho, Gus kok berkata begitu bagaimana dengan farid dan syauki..?” tanya Gus Ali sidoarjo.”mereka hanya meramaikan saja” , jawab Gus Miek Dhawuh 2 Demi Allah, saya hanya bisa menangis kepada Allah, semoga sami’in yang setia, pengamal Dzikrul Ghofilin, semua maslah-masalahnya tuntas diperhatikan oleh Allah. Dhawuh 3 Bila mengikuti Dzikrul Ghofilin, kalau tidak tahu artinya yang penting hatinya yakin. Dhawuh 4 Barusan ada orang bertanya Gus, Dzikrul Ghofilin itu apa..? saya jawab “Jamu”. Dhawuh 5 Dzikrul Ghofilin itu senjata pamungkas, khususnya menghadapi tahun 2000 ke atas Dhawuh 6 Ulama sesepuh yang dikirimi fatihah oleh orang-orang yang tertera atau tercantum dalam Dzikrul Ghofilin itu yang akan saya dan kalian ikuti di akhirat nanti. Dhawuh 7 Dekatlan kepada Allah..! kalau tidak bisa, dekatlah dengan orang yang dekat denganNya. Dhawuh 8 Kemanunggalan sema’an Al Qur’an dan Dzikrul Ghofilin adalah sesuatu yang harus di wujudkan oleh pendherek, pimpinan Dzikrul Ghofilin, dan jama’ah sema’an Al Qur’an. Sebab antara sema’an Al Qur’an kaliyan Dzikrul Ghofilin ingkang sampun dipun simboli kaliyan fatihah miata marroh ba’da kulli shalatin, meniko berkaitan manunggal. Dhawuh 9 Semoga Dzikrul Ghofilin ini menjadi ketahanan batiniah kita, sekaligus penyangga kita di hari Hisab hari perhitungan amal. Itulah yang paling penting..! Dhawuh 10 Nuzulul Qur’an yang bersamaan dengan turunnya hujan ini, semoga menjadi isyarat turunnya petunjuk kepada saya dan kalian semua, seperti firman Allah “Ulaika ala hudan min rabbihim wa ulaika hum al-muflihun” Mereka telah berada di jalan petunjuk , dan mereka adalah orang-orang yang beruntung. Dhawuh 11 Barusan ada orang yang bertanya Gus, bagaimana saya ini, saya tidak bisa membaca Al Qur’an..? saya jawab “Paham atau tidak, yang penting sampean datang ke acara sema’an, karena mendengarkan saja besar pahalanya”. Dhawuh 12 Sejak sekarang, yang kecil harus berpikir kelak kalau besar, aku besar seperti apa, yang besar harus berpikir, kalau tua kelak, aku tua seperti apa, yang tua juga harus berpikir, kelak kalau mati, aku mati dalam keadaan seperti apa. Dhawuh 13 Dalam sema’an ada seorang pembaca Al Qur’an, huffazhul Qur’an dan sami’in. Seperti ditegaskan oleh sebuah hadits Baik pembaca maupun pendengar setia Al Qur’an pahalanya sama. Malah di dalam ulasan tokoh lain dikatakan pendengar itu pahalanya lebih besar daripada pembacanya. Sebab pendengar lebih main hati, pikiran, dan telinganya. Pendengar dituntut untuk lebih menata hati dan pikirannya dan lebih memfokuskan pendekatan diri kepada Allah. Dhawuh 14 Satu-satunya tempat yang baik untuk mengutarakan sesuatu kepada Allah adalah majelis sema’an Al Qur’an. Hal ini tertera di dalam kalau tidak salah tiga hadits. Antara lain Man arada an yatakallam ma’a Allah falyaqra’ Al Qur’an siapa ingin berkomunikasi dengan Allah, hendaknya ia membaca Al Qur’an. Dhawuh 15 Seorang yang ikut sema’an berturut-turut 20 kali saya jamin apa pun masalah yang sedang dihadapinya pasti akan beres/tuntas. Dhawuh16 Ada seorang datang kepada saya “Gus, problem saya bertumpuk-tumpuk, saya sudah mengikuti sema’an 19 kali, tinggal 1 kali lagi, kira-kira masalah saya nanti tuntas atau tidak..?” saya jawab “yang sial itu saya, kok bertemu dengan orang yang mempunyai masalah seperti itu.” Dhawuh 17 Saya sendiri sebagai pencetus sema’an Al Qur’an ternyata kurang konsekuen, sementara sami’in datang dari jauh, bahkan hadir sejak subuh, mulai surat Al fatihah dibaca sampai berakhir setelah doa khotmil Qur’an malam berikutnya baru mereka pulang. Sedang saya ini, baru datang kalau sema’an Al Qur’an akan diakhiri. Itu pun tidak pasti. Terkadang saya berpikir, saya ini seorang yang dipaksakan untuk siap dipanggil kiai. Dhawuh 18 Berapa yang hadir setiap sema’an? Jangan lebih lima persen. Nanti bila sami’innya terlalu banyak, saya hanya menangis dan membaca Al Fatihah, lalu pulang. Saya sadar, saya tidak mampu berbuat apa-apa. Jangankan untuk orang banyak, untuk satu orang saja saya tidak bisa. Dhawuh 19 Kalau saya nongol, mungkin tak cukup semalaman. Satu persatu harus dilayani. Saya besok ke mana? Apa yang harus saya lakukan? Kami tidak punya modal? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, Dan, saya dituntut untuk memberikan keterangan yang bisa mereka terima, setidaknya agak menghibur, dengan lelucon atau dengan pengarahan yang pas. Dhawuh 20 Semoga sema’an dan Dzikrul Ghofilin ini kelak menjadi tempat duduk-duduk dan hiburan anak cucu kita semua. Dhawuh 21 Alhamdulillah, saya adalah yang pertama memberitahukan kepada “anak-anak” tentang makna dan kegunaan sema’an Al Qur’an. Di tengah maraknya Al Qur’an diseminarkan dan didiskusikan, Alhamdulillah masih ada kelompok kecil yang menyakini bahwa Al Qur’an itu mengandung berkah. Dhawuh 22 Saya mengambil langkah silang dengan mengatakan kepada anak-anak yang berkumpu agar sebulan sekali mengadakan pertemuan, ngobrol-ngobrol, guyon-guyon santai, syukur bisa menghibur diri dengan hiburan yang berbau ibadah yang menyentuh rahmat dan nikmat Allah. Kebetulan saya menemukan satu pakem bahwa pertemuan yang dibarengi dengan alunan Al Qur’an, membaca dan mendengarkannya, syukur-syukur dari awal sampai akhir, Allah akan memberikan rahmat dan nikmatNya. Jadi, secara batiniah, sema’an Al Qur’an ini menurut saya adalah hiburan yang bersifat hasnah bernilai baik. Juga, pendekat diri kita kepada Allah dan tabungan di hari akhir. Itu pula yang benar-benar diyakini para pengikut sema’an Al Qur’an. Dhawuh 23 Di bukit ini terdapat 3 tiang kokoh panutan, yaitu 1 Syaikh Abdul Qodir Khoiri, seorang wali yang penuh kasih, 2 Abdul Sholih As-Saliki, seorang wali yang terus menjaga wudhunya demi menempuh jalan berkah, 3 Muhammad Herman, ia adalah wali penutup, orang-orang terbaik berbaur dengannya. Wahai tuhanku, berilah manfaat dan berkah mereka. Kumpulkan aku bersama mereka. Dhawuh 24 Mengenai tata krama ziarah kubur, selayaknya lahir batin ditata dengan baik. Saya juga berpesan, kalau seseorang berceramah, hendaknya ia tidak meneliti siapa yang dimakamkan, juga riwayat hidupnya. Setidaknya hal demikian ini hukumnya makruh. Dhawuh 25 Tiga orang yang tidur ini hidup sebelum Wali songo. Orang-orang banyak datang kesini. Demikian juga orang-orang yang sakit, mereka kalau datang ke sini sembuh. Dhawuh 26 Kelak, bila aku sudah tiada, yang saya tempati ini makam tambak bertambah ramai makmur Dhawuh 27 Saya disini hanya ittiba’mengikuti kiai sepuh, seperti kiai Fattah dan kiai Mundzir. Di sini, dulu pernah dibuat pertemuan kiai-kiai pondok besar. Dhawuh 28 Makam ini yang menemukan keturunan Pangeran Diponegaoro. Dulu, desa ini pernah dibuat istirahat oleh pangeran Diponegoro. Di desa ini tidak ada shalat dan tidak ada apapun. Keturunan Diponegoro ini ada dua, yang satu menjadi dukun sunat tetapi kalau berdandan nyentrik, sedang adiknya jadi pemimpin seni jaranan. Dhawuh 29 Berbaik sangka itu sulit. Jangankan berbaik sangka kepada Allah, kepada para wali dan para kiai sepuh saja sulit. Dhawuh 30 Di tambak itu, kalau bisa bersabar, akan terasa seperti lautan, dan kalau bisa memanfaatkan, akan banyak sekali manfaatnya. Tapi kalau tidak bisa memanfaatkan, ia akan bisa menenggelamkan. Dhawuh 31 Huruf hijaiyah itu ada banyak ada ba’, jim, dhot, sampai ya’. Demikian juga dengan taraf ilmu seseorang. Ada orang yang ilmunya cuma sampai ba’, ada orang yang ilmunya sampai jim, ada orang yang ilmunya sampai dhot saja. Nah, orang yang ilmunya seperti itu tidak paham kalau di omongi huruf tha’, apalagi huruf hamzah dan ya’. Dhawuh 32 Saya bukan kiai, saya ini orang yang terpaksa siap dipanggil kiai. Saya juga bukan ulama. Ulama dan kiai itu beda. Kiai dituntut untuk punya santri dan pesantren. Ulama itu kata jamak yang artinya beberapa ilmuwan. Ketepatan saja saya punya bapak yang bisa ngaji dan punya pesantren. Itu pun tidak ada hubungannya dengan saya yang lebih banyak berkelana. Dari berkelana itu lahirlah sema’an Al Qur’an. Jadi, hiburan “anak-anak” dan saya datang bukan atas nama apa-apa. Hanya salah satu pengikut sama’an Al Qur’an, yang bukan sami’in setia bukan pengikut yang aktif. Dhawuh 33 Nanti, kalau suamimu berani menjadi kiai harus sanggup hidup melarat. Dhawuh 34 Akhirnya maaf, kita menyadari bahwa kaum ulama, lebih-lebih seperti saya, dituntut untuk menggali dana yang lebih baik, dana yang benar-benar halal, kalau kita memang mendambakan ridho Allah. Dhawuh 35 Di era globalisasi ini kita dituntut untuk lebih praktis, tidak terlalu teoretis. Semua kiai dan ulama sekarang ini dituntut mengerti bahwa dirinya punya satu tugas dari Allah, yakni membawa misi manusiawi. Dhawuh 36 Kalau ingin pondok pesantrennya besar, itu harus kaya terlebih dahulu. Nah, kaya inilah yang sulit. Dhawuh 37 Pondok pesantren ini, walaupun kecil, mbok ya biarkan hidup, yang luar biar di luar, yang dalam biar di dalam. Dhawuh 38 Saya punya pertanyaan buat diri saya sendiri mampukah saya mengatarkan “anak-anak?” Sedang ulama saja banyak yang kurang mampu mengantarkan anak-anak untuk saleh dan sukses. Suksenya diraih, salehnya meleset. Di dalam pesantren sama sekali tidak diajarkan keterampilan. Timbul pertanyaan Bagaimana anak-anak kami nanti di masa mendatang, bisnisnya, ekonominya, nafkahnya hariannya? Mungkinkah mereka berumah tangga dengan kondisi seperti ini?. Dhawuh 39 Mbah, manusia itu kalau punya keinginan, hambatannya Cuma dua. Godaan dan hawa nafsu. Kuat cobaan apa tidak, kuat dicoba apa tidak. Dhawuh 40 Para santri itu lemah pendidikan keterampilannya. Sudah terlanjur sejak awalnya begitu. Tapi Alhamdulillah, di pesantren-pesantren seperti Gontor dan pondok pabelan diajarkan keterampilan-keterampilan. Di sana, keterampilannya ada, tapi wiridannya tidak ada. Saya senang pesantren yang ada wiridannya. Dhawuh 41 Sukses dalam studi belum menjamin sukses dalam hidup. Pokoknya, di luar buku, di luar bangku, di luar LASKAR, masih ada LASKAR yang lebih besar, yakni LASKAR Allah. Kita harus banyak belajar. Antara lain belajar dangdut Jawa, belajar tolak berhala, dan belajar tolak berhala itu sulit sekali! Sulit sekali. Dhawuh 42 Hidup ini sejak lahir hingga mati, adalah kuliah tanpa bangku. Dhawuh 43 Mbah, kamu itu ketika mengaji, jika dipanggil ayah, ibu atau putra-putra ayah, siapa saja itu, jangan menunggu selesai mengaji, langsung saja ditaruh kitabnya, lalu menghadap dengan niat mengaji. Dhawuh 44 Seorang santri yang tak kuat menahan lapar, bahayanya orang santri itu di pondok bisa berani banyak utang. Dhawuh 45 Mbah, kalau kamu menggantungkan kiriman dari rumah, kalau belum dikirim jangan mengharap-harap dikirim, semua sudah diatur oleh Allah. Dhawuh 46 Sekarang, mencari orang bodah itu sulit, sebab orang bodoh kini mengaku pintar. Kelak, kalau kamu sekolah, berlaku bodah saja. Bagaimana caranya? Pura-pura saja, dan harus bisa pura-pura bodoh. Maksudnya, kamu harus pintar membedakan antara orang bodoh dengan orang yang pura-pura bodoh. Dhawuh 47 Dunia itu memang sedikit, tapi tanpa dunia, seseorang bisa mecicil blingsatan. Dhawuh 48 Jadi orang itu harus mencari yang halal, jangan sampai jadi tukang cukur merangkap jagal. Dhawuh 49 Miskin dunia sedikitnya berapa, tak ada batasannya demikian juga kaya dunia. Seorang yang kaya pasti ada yang di atasnya, seorang yang melarat banyak temannya. Orang kaya pasti ada kurangnya. Ini adalah ilmu Jawa, tidak perlu muluk-muluk mengkaji kitab kuning. Dhawuh 50 Kamu memilih kaya-sengsara atau melarat-terlunta? Maksudnya, kaya-sengsara itu adalah di dunia diganggu hartanya, sedang di akhirat banyak pertanyaannya. Dhawuh 51 Gus, tolong saya didoakan kaya. “kaya buat apa?”, tanya Gus Miek. Buat membiayai anak saya. Royan, kamu tak usah khawatir, saya berdoa kepada tuhan agar orang selalu baik dan membantu kamu. Adapun orang yang berbuat buruk atau berniat buruk kepadamu akan saya potong tangannya. Kelak, dirimu saya carikan tempat yang lebih baik dari dunia ini. Dhawuh 52 Royan, kamu ingin kaya ya? Kalau sudah kaya, nanti kamu repot lho. Dhawuh 53 Orang kaya yang masuk surga itu syaratnya harus baik dengan tetangganya yang fakir. Dhawuh 54 Seorang fakir yang tahan uji, yang tetap bisa tertawa dan periang. Sedang hatinya terus mensyukuri keadaan-keadaannya, masih lebih terhormat dan lebih unggul melebihi siapa pun, termasuk orang dermawan yang 99% hak miliknya diberikan karena Allah, tetap saja masih unggul fakir yang saleh tadi. Dhawuh 55 Saat memimpin doa pada acara haul KH. Djazuli Ustman, Gus Miek membaca Ayyuha Ad-Dunya Thallaqtuka Fa’anta Thaliqah.Wahai dunia, aku telah menalak kamu, sungguh aku telah mentalak kamu. Gus Miek lalu berhenti dan berkomentar Doa-doa seperti ini jangan sampai kalian ikut mengamini, belum mengamini saja sudah senin kemis, apalagi mengamini, bertambah dalam terperosok lagi. Dhawuh 56 Maaf, kalau saya harus mengatakan Anda sebaiknya punya keterampilan. Jangan malu mengerjakan yang kecil, asal halal. Karena banyak sekali rekanan saya yang malu, misalnya jualan kopi di ujung sana, di sektor informal. Kok jualan kopi sih? Padahal saya mendambakan menjadi karyawan bank, biar terdengar keren dengan gaji tinggi. Kok ini? Kata mereka. Padahal ini halal menurut Allah dan sangat mulia. Sayang, mereka salah menempatkan, menjaga gengsi di hadapan manusia. Nah, ini tidak konsekuen, ini terlanjur salah kaprah. Kalau saya mengatakannya secara salah, saya yang terjepit. Dhawuh 57 Saya ini kan lain. Walau income resmi enggak ada, tanah tak punya, tapi ada rekanan yang lucu-lucu. Hingga rasa tasyakurlah yang lebih berkobar. Bukan rasa kurang atau yang lain. Dhawuh 58 Ada satu kios kecil yang isi dengan kebutuhan kampung seperti lombok, beras dan gula, di tempat yang sami’in tidak tahu. Kios itu saya percayakan pada seseorang. Terserah dia! Dan, tidak harus untung. Mungkin dia sendiri harus belajar untuk menerima kenyataan. Termasuk untuk tidak untung. Dhawuh 59 Jadilah seburuk-buruk manusia di mata manusia tetapi luhur di mata Allah. Dhawuh 60 Tidak apa-apa dianggap seperti PKI tetapi kelak masuk surga. Dhawuh 61 Hidup itu yang penting satu, keteladanan. Dhawuh 62 Kunci sukses adalah bergaul, dan di dalam bergaul kita harus ramah terhadap siapa saja. Sedang prinsipnya adalah bahwa pergaulan harus menjadikan cita-cita dan idaman kita tercapai, jangan sebaliknya. Dhawuh 63 Segala langkah, ucapan, dan perbuatan itu yang penting ikhlas, hatinya ditata yang benar, tidak pamrih apa-apa. Dhawuh 64 Kalau ada orang yang menggunjing aku, aku enggak usah kamu bela. Kalau masih kuat, silakan dengarkan, tapi kalau sudah tidak kuat, menyingkirlah. Dhawuh 65 Kalau ada orang yang menjelek-jelekkan, temani saja, jangan menjelek-jelekkan orang yang menjelek-jelekkan. Kalau memang senang mengikuti sunnah nabi, ya jangan dijauhi mereka itu karena nabi itu rahmatan lil alamin. Dhawuh 66 Kita anggota sami’in Dzikrul Ghofilin khususnya, ayo ramah tamah secara lahir dan batin dengan orang lain, dengan sesame, kita sama-sama manusia, walaupun berbeda wirid dan aliran. Kita harus mendukung kanan dan kiri yang sudah terlanjur mantab dalam Naqsabandiyah, Qodiriyah, atau ustadz-ustadz Tarekat Mu’tabarah. Jangan sampai terpancing untuk tidak suka, tidak menghormati pada salah satu wirid yang jelas muktabar dengan pedoman-pedoman yang sudah terang, khusus dan tegas Dhawuh 67 Tadi ada orang bertanya Gus, saya ini di kampung bersama orang banyak. Jawab saya Yang penting ingat pada Allah, tidak merasa lebih suci dari yang lain, tidak sempat melirik maksiat orang lain, dengan siapa saja mempunyai hati yang baik, itulah ciri khas pengamal Dzikrul Ghofilin. Dhawuh 68 Era sekarang, orang yang selamat itu adalah orang yang apa adanya, lugu dan menyisihkan diri. Dhawuh 69 “Miftah, kamu masih tetap suka bertarung pencak silat?” Tanya Gus Miek. Lha bagaimana Gus, saya ikut, jawab Miftah. “Kalau kamu masih suka bertarung pencak, jangan mengharap baunya surga.” Dhawuh 70 Saya lebih tertarik pada salah seorang ulama terdahulu, contohnya Ahmad bin Hambal. Kalau masuk tempat hiburan yang diharamkan Islam, dia justru berdoa “Ya Allah, seperti halnya Kau buat orang-orang ini berpesta pora di tempat seperti ini, semoga berpesta poralah mereka di akhirat nanti. Seperti halnya orang-orang di sini bahagia, semoga berbahagia pula mereka di akhirat nanti.” Ini kan doa yang mahal sekali dan sangat halus. Tampak bahwa Ahmad bin Hambal tidak suka model unjuk rasa, demonstrasi anti ini anti itu. Apalagi seperti saya yang seorang musafir, saya dituntut untuk lebih menguasai bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati. Dhawuh 71 Seorang yang diolok-olok atau dicela orang lain, apa itu termasuk sabar? Badanya sakit, anaknya juga sakit, istrinya meninggal, apa itu juga termasuk sabar? Hartanya hancur, istrinya mati, anaknya juga mati, apa itu termasuk orang yang sudah sabar? Seperti itu tidak bisa disebut sebagai orang sabar, entah sabar itu bagaimana, aku sendiri tidak mengerti. Dhawuh 72 Tadi, ada orang yang bertanya periuk terguling, anak-istri rewel, hati sumpek, pikiran ruwet, apa perlu pikulan ini tanggung jawab keluarga saya lepaskan untuk mencari sungai yang dalam buat bunuh diri. Saya jawab Jangan kecil hati, siapa ingin berbincng-bincang dengan Allah, bacalah Al Qur’an. Dhawuh 73 Tadi ada yang bertanya Gus, bagaimana ya, ibadah saya sudah bagus, shalat saya juga bagus, tetapi musibah kok datang dan pergi? Saya jawab mungkin masih banyak dosanya, mungkin juga bakal diangkat derajat akhiratnya oleh Allah; janganlah berkecil hati. Dhawuh 74 Orang-orang membacakan Al-Fatehah untukku, katanya aku ini sakit. Aku ini tidak sakit, hanya fisikku saja yang tidak kuat karena aktivitasku ini hanya dari mobil ke mobil, dan tidak pernah libur. Dhawuh 75 Ada empat macam perempuan yan diidam-idamkan semua orang lelaki. Perempuan yang kaya, perempuan bangsawan, dan perempuan yang cantik. Tapi ada satu kelebihan yan tidak dimiliki oleh ketiga perempuan itu, yaitu perempuan yang berbudi. Dhawuh 76 Anaknya orang biasa itu ada yang baik dan ada yang jelek. Demikian juga anaknya kiai, ada yang baik dan ada yang jelek. Jangankan anaknya orang biasa atau anaknya kiai, anaknya nabi pun ada yang berisi dan ada yang kosong. Kalau sudah begini, yang paling baik bagi kita adalah berdoa. Dhawuh 77 Di tengah-tengah sulitnya kita mengarahkan istri, menata rumah tangga, dan sulitnya menciptakan sesuatu yang indah, sedang tanda-tanda musibah pun tampak di depan mata, semua itu menuntut kita menyusun ketahanan batiniah, berusaha bagaimana agar Allah sayang dan perhatian kepada kita semua. Dhawuh 78 Tadi, ada orang yang bertanya anak saya nakal, ditekan justru menjadi-jadi, bagaimana Gus? Nasehat orang tua terhadap anaknya janganlah menggunakan bahasa militer, pakailah bahasa kata, bahasa gaul, dan bahasa hati. Dhawuh 79 Gus, kenapa Anda menamakan anak Anda dengan bahasa Arab dan non Arab? Begini, alas an saya menamakan dengan dua bahasa itu karena mbahnya dua; mbahnya di sini santri, mbahnya di sana bukan. Mbahnya di sini biar memanggil Tajud karena santri, mbahnya di sana yang bukan santri biar memanggil Herucokro; mbanya di sini biar memanggil sabuth, mbahnya di sana biar memanggil panotoprojo. Dhawuh 80 Menurut Anda, bagaimana sebaik-baiknya busana muslim itu? Jilbab kan banyak dipertentangkan akhir-akhir ini? Pada akhirnya, seperti penggabungan Indonesia, Siangapura, Malaysia, Thailand, Brunei, dan Filipina menjadi ASEAN, tidak menutup kemungkinan, ada bahasa dan busana ASEAN. Sehingga siapa pun dengan terpaksa untuk ikut dan patuh. Ya, kita sebagai orang tua harus diam kalau itu nanti terjadi, dan kalau ingin selamat, ya mulai sekarang kita harus berbenah. Dhawuh 81 Saya kira-kira dituntut untuk lebih menggalakkan ibadatul qalbi ibadah dalam hati. Mungkin begitu. Sebetulnya putrid rekan-rekan ulama juga sudah banya yang terbawa arus; ya sebagian ada yang masih mengikuti aturan, tetap berjilbab, misalnya. Tetapi ada juga yang tetap berjilbab karena sungkan lantaran orang tuanya mubaligh. Secara umum, sudah banyak yang terbawa arus. Dhawuh 82 Dunia ini semakin lama semakin gelap, banyak hamba Allah yang bingung, dan sebagian sudah gila. Sahabat Muazd bin Jabbal berkata “siapa yang ingat Allah di tengah-tengah dunia yang ramainya seperti pasar ini, dia sama dengan menyinari alam ini.” Dhawuh 83 Memiliki lidah atau mulut itu jangan dibirkan saja, lebih baik dibuat zikir pada Allah, dilanggengkan membaca lafal Allah. Dhawuh 84 Hadirin tadi ada orang yang bertanya Gus, pendengar Al Qur’an ini kalau usai shalat fardhu, yang terbaik membaca apa ya? Saya jawab Untuk wiridan, kecuali kalian yang sudah mengikuti sebagian tarekat mu’tabarah, baik membaca Al Fatehah 100 kali. Ini juga menjadi simbolnya Dzikrul Ghofilin. Resepnya, mengikuti imam Abu Hamid Al Ghazali, yang juga diijasahnya oleh adiknya, Syaikh Ahmad Al Ghazali. Dhawuh 85 Trimah, kamu pasti mau bertanya Kiai, wiridannya apa, mau bertanya begitu kan? Tidak sulit-sulit, baca shalawat sekali, pahalanya 10 kali lipat; jangan repot-repot, baca shallallah ala Muhammad, itu saja, yang penting benar. Dhawuh 86 Saya punya penyakit yang orang lain tidak tahu. Saya ini terus terang tamak, takabur yang terselubung, dan diam-diam ingin kaya. Padahal saya punya persoalan khusu dengan Allah. Artinya, saya adalah hamba yang diceramahkan, sedang Allah yang sudah saya yakini adalah sutradara. Dhawuh 87 Persoalan mengenai hakikat hidup di dunia masih sering kita anggap remeh. Olih karena itu, sangat perlu dilakukan sebentuk muhasabah. Sejauh mana tauhid kita, misalnya. Dan, ternyata kita belum apa-apa. Kita belum menjadi mukmin dan muslim yang kuat. Dhawuh 88 Taqarrub pendekatan kita kepada Allah seharusnya menjadi obat penawar bagi kita. Apa pun yang terjadi, apa pun yang diberikan Allah, syukuri saja. Sayang, terkadang kita belum bisa menciptakan keadaan yang demikian. Kita seharusnya bangga menjadi orang yang fakir. Sebab sebagian penghuni surga itu adalah orang –orang fakir yang baik. Dhawuh 89 Dahulu, pada usia sekitar 10 tahun, saya sering didekati orang,dikira saya itu siapa. Ungkapan orang yang datang kepada saya itu-itu saja minta restu atau mengungkapkan kekurangan, terutama yang berhubungan dengan materi. Perempuan yang mau melahirkan juga datang. Dikira saya ini bidan. Karena makin banyak orang berdatangan, lalu saya menyimpulkan jangan-jangan saya ini senang dihormati orang, jangan-jangan saya ini dianggap dukun tiban juru penolong atau orang sakti. Dhawuh 90 Surga itu miliknya orang-orang yang sembahyang tepat pada waktunya. Dhawuh 91 Shalat itu, yang paling baik, di tengah-tengah Al-Fatehah harus jernih pikiran dan hati. Dhawuh 92 Shalat itu, yang paling baik adalah berpikir di tengah-tengah membaca Al-Fatehah. Dhawuh 93 Coro pethek bodon. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik satu itu rugi. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik dua itu rugi. Di akhirat, bila berbuat buruk satu, berbuat baik tiga itu baru untung. Dhawuh 94 Kalau kamu ingin meningkat satu strip, barang yang kamu sayangi ketika diminta orang, berikan saja. Itu naik 1 strip, lebih-lebih sebelum diminta, tentu akan naik 1 strip lagi. Dhawuh 95 Seorang yang berani melakukan dosa, harus berani pula bertobat. Dhawuh 96 Kalau kamu mengerjakan kebaikan, sebaiknya kau simpan rapat-rapat; kalau melakukan keburukan, terserah kamu saja mau kau simpan atau kau siarkan. Dhawuh 97 Kowe arep nandi Sir? Tanya Gus Miek. Badhe tumut ujian, jawab Siroj. Kapan? tanya Gus miek . sak niki, jawab Siroj. Golek opo?, Tanya Gus Miek lagi. “Ijasah,” jawab Siroj juga. Lho kowe ntukmu melu ujian ki mung golek ijasah, e mbok sepuluh tak gaekne. Yoh, dolan melu aku. Artinya Kalau kamu ikut ujian hanya untuk ijasah, sini, mau 10 saya buatkan, ayo ikut saya. Dhawuh 98 “Kamu mau kemana sir?” Mau ngaji. “Biar dapat apa?” Biar masuk surga. “jadi, alasan kamu mengaji itu hanya untuk mencari surga? Jadi, surga bisa kamu peroleh dengan mengaji? Kalau begitu, sudah kitabmu ditaruh saja, ayo ikut bersama saya ke Malang. Dhawuh 99 Saya katakana kepada anak-anak, Dzikrul Ghofilin jangan sampai diiklankan atau dipromosikan sebagai senjata pengatrol kesuksesan duniawi. Dhawuh 100 Saya imbau, jangan sampai ada yang berjaga lailatul Qodar, itu ibarat memikat burung perkutut. Dhawuh 101 Belum tahun 2000 saja sudah begini; bagaimana kelak di atas tahun 2000? Dunia ini semakin lama semakin panas, semakin lama semakin panas, semakin lama semakin panas. Dhawuh 102 Saya senang orang-orang Nganjuk karena orangnya kecil-kecil. Ini sesuai sabda nabi “Orang itu yang baik berat badannya 50.” Juga, ada sabda lain yang menguatkan “Orang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling sedikit makannya.” Ini sesuai firman Allah Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut QS. Quraiys 4. Lapar adalah syarat untuk menghasilkan tujuan. Maka, siapa tidak senang lapar, ia bukan bagian dari ahli khalwat menyendiri. Dhawuh 103 Miftah, kalau kamu nanti sudah pulang dari mondok, jangan suka menjadi orang terdepan. Dhawuh 104 Biarkan dunia ini maju. Akan tetapi, bagi kita umat Islam, akan lebih baik kalau kemajuan di bidang lahiriah dan umumiyah ini dibarengi dengan iman, ubudiyah, serta sejumlah keterampilan positif. Jadi, memasuki era globalisasi menuntut kita untuk lebih meyakini bahwa shalat lima waktu itu, misalnya, adalah senam atau olah raga yang paling baik. Setidak-tidaknya, bagi orang Jawa bangun pagi itu tentu baik. Apalagi kita yang mukmin. Dengan bangun pagi dan menyakini bahwa kegiatan shalat Subuh adalah senam olah raga yang paling baik, otomatis kita tersentuh untuk bergegas selakukan itu. Dhawuh 105 Sir, kalau kamu mau bertemu aku, bacalah Al-Fatehah 100 kali. Dhawuh 106 Kalau mau mencari aku, di mana dan kapan saja, silakan baca surah Al-Fatehah. Dhawuh 107 Mbah, kalau kamu mau bertemu aku, sedang kamu masih repot, kirimi saja aku Al-Fatehah, 41kali. Dhawuh 108 Mencari aku itu sulit; kalau mau bertemu dengan aku, akrablah dengan keluargaku, itu sama saja dengan bertemu aku. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262
Andajuga bisa membaca kumpulan artikel lainnya seperti kyai sakti yg masih hidup th 2016di jatim yang Anda baca saat ini. Bila ingin menjadikan artikel kyai sakti yg masih hidup th 2016di jatim sebagai bahan kliping atau makalah, di sini anda bisa mendownloadnya secara gratis .

- Pangeran Diponegoro adalah pahlawan nasional Republik Indonesia yang melawan pemerintah Hindia Belanda. Selain kegigihan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah, keris miliknya juga dikenal sakti. Keris Pangeran Diponegoro itu bernama Keris Nogo Siluman atau Kyai Nogo Siluman. Kyai Nogo Siluman adalah satu di antara keris milik Pangeran Diponegoro. Seperti diketahui, Pangeran Diponegoro merupakan salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia yang memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa melawan pemerintah Hindia Belanda selama periode tahun 1825 hingga 1830. Baca juga Hidupnya Tak Diharapkan, Ken Arok Justru Menjelma Menjadi Raja Singasari Berkat Keris Mpu Gandring Saat perang itu berakhir Pangeran Diponegoro dilaporkan menyerahkan kerisnya kepada Hendrik Merkus de Kock, letnan gubernur jenderal Hindia Belanda. Kemudian, ketika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, disepakati bahwa barang-barang Diponegoro akan dikembalikan, yang artinya termasuk keris tersebut. Pada tahun 1968 sebuah perjanjian budaya ditandatangani dan pada tahun 1975 barang-barang yang akan dipulangkan didaftarkan. Namun ketika pelana, tombak, dan payung Diponegoro dikirim kembali, rupanya keris tidak. Baru pada 2020 lalu, setelah 45 tahun berlalu sejak perjanjian ditandatangani, keris tersebut akhirnya dikembalikan oleh Belanda kepada Indonesia. Keris Kyai Nogo Siluman disimpan Belanda di Museum Etnologi sebelum dikembalikan ke Indonesia. Mengutip The Guardian, pada tahun 1831, keris tersebut diberikan kepada kabinet kerajaan langka Raja William I, raja pertama Belanda dan adipati agung Luksemburg. Itu diberikan sebagai bagian dari koleksi yang kemudian dipindahkan ke tempat yang sekarang menjadi Museum Etnologi. Sejarawan seni, Jos van Beurden mengatakan hilangnya keris selama beberapa dekade disebabkan oleh kurangnya pengaturan dan keengganan untuk mengembalikan harta karun kepada Indonesia.

Surabaya Jawa Timur - Viralnya berita perseteruan antara orang yang mengaku bernama Gus Samsudin Jadab dengan Pesulap Merah menjadi perhatian publik beberapa hari ini. Belakangan, padepokan tempat pengobatan milik Samsudin juga ditutup karena didemo masyarakat karena disinyalir menjadi praktek perdukunan dan penipuan dengan trik sulap.
ParĂłquia SantĂ­ssimo Sacramento - de interesse ‱ Obras arquitetĂŽnicas ‱ Locais religiosos ‱ Igrejas e catedraisO que as pessoas estĂŁo dizendoExcursĂ”es e experiĂȘnciasExplore diferentes maneiras de conhecer este maneiras de aproveitar ParĂłquia SantĂ­ssimo Sacramento e atraçÔes por pertoabr de 2023 ‱ AmigosEssa igreja Ă© fantĂĄstica. A estrutura em si Ă© uma catequese. No teto tem a Ladainha de Nossa Senhora, na parede as 4 virtudes cardeais, e possui vitrais dos sacramentos, bem aventuranças e da vida de Jesus. A Pia Batismal Ă© especialmente incrĂ­vel. Recomendo demais a em 9 de junho de 2023Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Arquitetura muito bonita, me lembra as Igrejas Europeias, mas ao redor nĂŁo vi muita coisa para em 9 de julho de 2022Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as contribuiçÔesout de 2021Igreja de arquitetura belĂ­ssima. A iluminação noturna torna-a ainda mais bonita. Vale a pena a parada para em 16 de junho de 2022Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as SFlorianĂłpolis, SC121 contribuiçÔesmar de 2022Linda igreja com vitrais maravilhosos e ainda tem uma praça na frente, lugar perfeito para meditar sobre o que estamos fazendo das nossas em 12 de março de 2022Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022a igreja Ă© belissima por fora e por dentro. a noite fica toda iluminada. a praça tambĂ©m Ă© muito bonita. vale a pena visitar e tirar belas em 6 de março de 2022Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Lugar Ă© muito bonito, recomendo ir de dia pois a luz do sol reflete de fora para dentro e dĂĄ cor aos vitrais da igrejaFeita em 26 de fevereiro de 2022Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2022Igreja muito ampla e de uma beleza interna e externa fantastica. Pinturas nos tetos e vitrais muito bonitos e de bom em 13 de fevereiro de 2022Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021NĂŁo descarte uma visita ao passar por ItajaĂ­. Seja para apreciar a arquitetura ou mesmo para um momento de fĂ© e reflexĂŁo o local encanta!!Feita em 17 de outubro de 2021Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021Foi por coincidĂȘncia que passamos em frente Ă  parĂłquia, mas, resolvemos voltar no dia seguinte e conferir de perto a igreja. É uma verdadeira obra de arte. Recomendo a todos conhecer esse lugar em 16 de outubro de 2021Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as de 2021Igreja muito bonita localizada bem no centro da cidade de fronte a uma praça agradĂĄvel para passear, alĂ©m de alguns pontos de comercio nas proximidades. O interior da igreja te convida para uma reflexĂŁo e agradecimentos pela saĂșde desfrutada principalmente por estar con seguindo enfrentar este perĂ­odo de pandemia. A noite ela merece um destaque todo especial pela iluminação direcionada .Feita em 21 de maio de 2021Esta avaliação representa a opiniĂŁo subjetiva de um colaborador do Tripadvisor e nĂŁo da Tripadvisor LLC. O Tripadvisor verifica as 1–10 de 600 resultados

kyaisakti jawa timur kedunglo ILMU KEBAL ANEKA SENJATA. April 7 Silahkan cari masjid yang paling tua di daerah Anda. Misalnya di masjid Saka Tunggal, Masjid ini terletak ± 30 km dari kota purwokerto. Masjid Tua Wapauwe di Maluku, Masjid Ampel di Surabaya, Masjid Agung Demak, Masjid Agung kasepuhan Cirebon, Masjid Sultan Suriansyah di

- Sebuah grup Facebook bernama Sumenep Baru memiliki anggota lebih dari 75 ribu. Isinya warga Sumenep—kota di ujung Pulau Madura, Jawa Timur. Grup itu dibuat sejak enam tahun lalu. Setiap hari, ada sekitar 300 konten yang hilir mudik dalam percakapan grup. Ari, warga Pakandangan, tergabung di dalamnya. Ia berkata bahwa semula grup itu sama sekali tak membahas politik, hanya seputar informasi soal Sumenep. Menjelang pemilihan presiden 2019, percakapan soal politik menjadi lebih intens. Pelbagai informasi tentang kedua calon presiden makin semarak. Namun, alih-alih membahas soal kinerja, rekam jejak, kredibilitas, maupun reputasi kedua capres, Ari lebih sering mendapatkan informasi soal isu "PKI", "anti-Islam", atau "Islam radikal" yang diributkan para pendukung kedua kubu. Sesekali ia menerima informasi yang menurutnya bohong alias hoaks. Konten-konten yang menyangkutpautkan Jokowi dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan Partai Komunis Indonesia PKI bertebaran. Bentuknya dari tulisan hingga suntingan foto. Sebaliknya, isu Wahabi—dianggap mewakili pandangan 'Islam radikal'—juga dikembangkan oleh anggota grup itu buat menyerang pasangan Prabowo-Sandiaga. Beragam meme dan tautan ke situs tertentu diunggah. Salah satunya menuju ke situs Salah satu unggahan bertanggal 8 April 2019, atau sembilan hari sebelum hari pencoblosan, mengangkat tulisan berjudul “Warga NU Golput, Wahabi Berkuasa”. Tulisan itu mengutip pernyataan Kiai Haji Marzuqi Mustamar, pimpinan pondok pesantren Sabiilul Rosyad, Gasek, Malang, yang mendorong pengikut Nahdlatul Ulama agar tak memilih pasangan capres-cawapres yang didukung kelompok Wahabi. Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Timur ini, dalam artikel tersebut, mengatakan tidak rela atas tindakan Sandiaga Uno yang menggunakan bendera NU saat melakukan kampanye. Imaduddin, anggota Pengurus Cabang Pemuda Ansor Sumenep, berpendapat masyarakat kesulitan memilah informasi di tengah rendahnya literasi. Ketika kebenaran sulit dipastikan, ucapan pemimpin agama jadi acuan. “Mereka enggak tahu itu benar atau bohong, yang jelas itu perintah kiai,” ujarnya sembari menunjukkan pesan-pesan yang disebar melalui grup WhatsApp. Pesan-pesan itu, kata Imaduddin, tak cuma beredar di dunia maya, tapi juga disebarkan para tokoh agama melalui berbagai pengajian. Di Sumenep, Jokowi tak pernah menang. Pada Pilpres 2014 dan 2019, perolehan suara Prabowo di kabupaten itu selalu mengungguli Jokowi. Prabowo bahkan memperbesar selisih kemenangan dari 15 persen menjadi hampir 28 persen. Para Kiai Jadi Corong Kiai Haji Ilyas Siraj, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Sumenep, menolak atas tudingan bahwa ia menyebarkan narasi kebencian berbasis Islam untuk mendongkrak suara pasangan Prabowo-Sandi dalam Pemilihan Presiden 2019. Tudingan itu, kata Ilyas, berasal dari kubu Jokowi-Ma’aruf Amin. Menurutnya, kubu Jokowi-Amin yang melabeli pihaknya dengan beragam narasi negatif, di antaranya label "Wahabi" dan keberpihakan pada "Hizbut Tahrir Indonesia" alias HTI. “Isu Wahabi begitu kuat tuduhannya ke kami. Kalau Prabowo menang, Wahabi akan menguasai, lalu diangap aliran keras,” ujarnya kepada reporter Jaringan Indonesia untuk Jurnalisme Investigasi yang berkolaborasi dengan Tirto untuk peliputan politik identitas pada Pilpres 2019.“Sumenep daerah mayoritas NU. PCNU-nya sangat kuat. Siapa pun yang datang ke sini diterima, tetapi tetap pilihannya 02,” imbuhnya. Salah satu sebab keoknya Jokowi di Madura, menurut Ilyas, adalah sosok merakyat yang tak cocok dengan imaji pemimpin di kepala banyak pemilih. Ilyas menilai narasi “pemimpin merakyat” yang dibangun tim kampanye Jokowi tidak ampuh di Madura. Lain hal dengan Prabowo yang dinilai Ilyas merupakan "sosok tegas dan berwibawa." Dua hal itu dianggapnya lebih cocok dengan imaji pemimpin di kepala masyarakat Madura. Sosok Ma’aruf Amin sebagai Ulama NU juga tak banyak berpengaruh. "NU ya NU. Ma’aruf Amin ya NU, tetapi orang Madura yang enggak kehilangan daya kritisnya tetap milih Prabowo,” ukuran 2 x 3 meter persegi dengan wajah Prabowo-Sandi masih terpampang di Ponpes Nurul Islam ketika reporter berkunjung menemui Ilyas pada 5 Mei 2019. Lemari di kamar para santri hingga pengeras suara pun tak luput dari stiker bergambar wajah Prabowo-Sandi. Di Pamekasan, Prabowo-Sandi juga menang telak. Berdasarkan data resmi KPU, pada Pilpres tahun ini, pasangan itu meraup 83,69 persen suara. Kiai Haji Taufik Hasyim, Ketua Pengurus Cabang Nadhlatul Ulama Pamekasan, menyebut Pamekasan memiliki kultur NU berbeda sehingga Prabowo-Sandi sukses mendulang suara di daerah tersebut. Selain itu, sederet tuduhan diklaimnya membentuk gambaran negatif soal pasangan Jokowi-Amin. Salah satunya sebagai "antek PKI." “Itu yang masuk ke masyarakat. Jokowi dianggap sesat, kafir, dan liberal. Dari situ dimunculkan isu bela Islam di Madura,” ujarnya. Isu PKI dinilai masih membekas di memori kolektif masyarakat Madura sehingga mudah dimobilisasi untuk meraup dukungan. Keberhasilan Prabowo-Sandi mendulang suara di Kabupaten Pamekasan, lanjutnya, tak lepas dari label "kafir" dan berbagai sebutan negatif lain yang dilekatkan kepada Joko Widodo. “Ada salah satu Kiai minimal [yang menyebut] hukumnya haram memilih Pak Jokowi,” kata Taufik. Menggandeng Ma’aruf Amin—yang terafiliasi dengan Nahdlatul Ulama—sebagai calon wakil presiden ternyata cukup menguntungkan Jokowi meraup suara di Jawa Timur. Meski kalah di beberapa daerah di Madura, secara keseluruhan, Jokowi menang telak dari Prabowo. Lima tahun lalu, selisih kemenangan Jokowi di Jawa Timur hanya 6,34 persen dari Prabowo. Tahun ini, banyak warga Jatim yang emoh memilih Prabowo lagi dan beralih ke Jokowi sehingga selisih kemenangan Jokowi sangat mencolok menjadi 31,83 persen suara. Kiai Haji Taufik Hasyim, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama PCNU Pamekasan, menyebut upaya pemenangan Jokowi-Amin di Jawa Timur dilakukan dengan beragam strategi. Struktur NU di tingkat ranting hingga desa bekerja. "NU dan Muslimat solid. Kita door-to-door ke rumah-rumah warga. Pengajian banyak di ranting. Belum [lagi] di Muslimatnya, Fatayatnya. Ini mesti jalan semua,” terangnya. Kiai Haji Marzuqi Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur, mengklaim NU berperan dan telah berhasil mendongkrak suara Jokowi-Amin di Jatim. "Harus diakui selisih bisa [lebih dari] 30 persen itu simbolnya ada di NU. Kenapa NU bisa menyatu? Karena ada Kiai Ma’aruf Amin,” ujarnya kepada pada 8 Mei 2019. Kenyataannya, kehadiran Ma’aruf Amin saja tidak cukup membuat tim Jokowi percaya diri. Mereka memainkan politik identitas untuk menyerang kubu Prabowo-Sandi dan bertahan dari serangan lawan yang juga memainkan politik identitas. Muhammad Al-Fayyadl, pengajar di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, mengkritik pemanfaatan struktur NU untuk memenangkan Jokowi-Amin. Menurutnya, ada upaya untuk memaksakan kehendak agar setiap pondok pesantren memilih paslon nomor urut 01. “Ada semacam edaran dari pengasuhnya. Di Sidogiri memilih 01 karena melihat Ma’aruf Amin, [sebab] nanti NU dipermalukan kalau kalah. Jadi ada perintah memilih 01 [dengan] mengajak alumni [Ponpes]," ujarnya. Ancaman Politik Identitas Sekretaris Tim Pemenangan Jokowi-Amin Jawa Timur Sri Untari menyebut kemenangan Jokowi di Jawa Timur tidak terlepas dari kekuatan "nasionalisme" yang diwakili oleh PDIP dan agama yang diwakili oleh NU. Ia menampik anggapan soal kentalnya aroma politik identitas berbasis Islam di Jawa Timur semasa Pilpres 2019. “Jawaban politik identitas itu cinta bangsa dan negara dengan dasar Pancasila. Maka, tidak laku politik identitasnya,’’ ujarnya saat dihubungi lewat Zainul Hamdi, dosen politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, punya pandangan berbeda. Menurutnya, perbedaan dukungan politik di kalangan NU mengindikasikan efektivitas penggunaan isu agama dalam politik identitas. “Mereka bisa saja secara ritual sama dengan NU. Salatnya, selawatnya sama, tetapi mereka memiliki imajinasi sosial-politik mereka sendiri. Pengurus FPI Front Pembela Islam di Madura itu kiai-kiai NU,” kata Hamdi. Ia menilai penggunaan politik identitas pada Pemilu 2019 sangat kotor. Berbagai hal yang bersifat privat dijadikan isu publik. Hamdi khawatir penggunaan politik identitas secara terus-menerus bakal membuat pemilih tidak jernih melihat situasi. Belum lagi sistem patronase yang menyebabkan masyarakat sekadar mengikuti kata pemimpin tanpa mampu melakukan kritik. “Semua bisa tidak waras melihat manusia. Indonesia bisa dianggap tidak ada, yang ada 'pasukan setan' dan 'pasukan Allah'. Tidak ada hal lain selain menang atau menang total. Itu sangat jahat menurut saya,” ungkapnya. ======== Laporan ini adalah kolaborasi antara dan Dua reporter Abdus Somad dan Damar Fery Ardiyan, terlibat dalam proses peliputan dan Kami semula menulis Kiai Haji Marzuqi Mustamar adalah Sekretaris PWNU Jawa Timur. Yang akurat Ketua PWNU Jatim. - Politik Penulis Wan Ulfa Nur ZuhraEditor Fahri Salam KyaiMuda Jawa Timur Wafat Saat Berceramah. zahid - Jumat, 27 Oktober 2017 17:30 WIB Berita Terkait Kabar wafatnya Gus Pur ini pun menyebar di tengah kalangan alumni dan Nahdliyin. Di berbagai media sosial (medos) juga banjir ucapan duka, doa dan rasa kehilangan. Menyusul, sosok kiai muda dikenal kharismatik ini sangat dekat dengan santri Namalengkapnya adalah Syekh Maulana Muhammad Asnawi Al-Karim. Seorang da'i yang juga sekaligus pedagang kain dari Purworejo. Makam yang sepi akan pengunjung ini terletak di Dukun Pandean Desa Jogomertan RT 03 RW 01, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen. Menurut Kyai Durjani (80), salah seorang keturunan (buyut) dari Syekh Asnawi menuturkan kyaisakti di jawa timur kh moh maroef ILMU KEBAL ANEKA SENJATA. April 7 Silahkan cari masjid yang paling tua di daerah Anda. Misalnya di masjid Saka Tunggal, Masjid ini terletak ± 30 km dari kota purwokerto. Masjid Tua Wapauwe di Maluku, Masjid Ampel di Surabaya, Masjid Agung Demak, Masjid Agung kasepuhan Cirebon, Masjid Sultan Suriansyah 7UdOCU.
  • 090ipf7hce.pages.dev/193
  • 090ipf7hce.pages.dev/414
  • 090ipf7hce.pages.dev/106
  • 090ipf7hce.pages.dev/388
  • 090ipf7hce.pages.dev/310
  • 090ipf7hce.pages.dev/296
  • 090ipf7hce.pages.dev/364
  • 090ipf7hce.pages.dev/108
  • kyai sakti jawa timur saat ini